Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Bertuan, 24 Batang Emas Senilai Rp 15 M di Pesawat India

Kompas.com - 21/11/2013, 04:14 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

KALKUTA, KOMPAS.com — Dua tas berisi 24 batang emas ditemukan di pesawat Jet Airways saat berada di Kalkuta, India, Rabu (20/11/2013). Kedua tas ditemukan di toilet pesawat. Penyelundupan emas melonjak seiring kenaikan bea impor emas sebagai paket kebijakan ekonomi India.

"Staf kebersihan bandara yang akan melakukan tugas rutin menemukan dua kantong di toilet pesawat," kata Direktur Bandara Netaji Subhash Chandra Bose, BP Mishra, kepada AFP, Rabu. Sampai berita ini diturunkan, tak ada tersangka yang ditahan.

Saat dibersihkan, pesawat baru tiba dari Patna, sebuah kota di kawasan timur India. Menurut media massa setempat, sebelumnya pesawat terbang dari Bangkok, Thailand.

Tim penjinak bom sempat didatangkan untuk mengantisipasi kemungkinan peledak ada di dalam kedua tas. Setelah tim penjinak bom datang, ternyata isi tas adalah 24 batang emas, masing-masing 12 batang dalam setiap tas.

Nilai emas tersebut diperkirakan mencapai 1,2 juta dollar AS, atau sekitar Rp 15 miliar. India sempat menjadi pengimpor emas terbesar dunia, sebelum dikalahkan China pada bulan ini. Pengetatan impor emas dilakukan oleh Pemerintah India, dengan menaikkan pajak pembelian emas.

Ekonomi India

Seperti halnya Indonesia, India digempur persoalan defisit neraca transaksi berjalan. Serupa pula dengan Indonesia, pelemahan nilai tukar mata uang India terhadap dollar AS membuat angka defisit itu membengkak.

Pemicu defisit di India juga tak beda dengan Indonesia, yakni impor. Menjadi menarik, ketika salah satu penyumbang impor terbesar di tengah nilai tukar rupee terhadap dollar AS yang anjlok 20-an persen dibanding tahun lalu, adalah emas.

Tahun lalu, India mengimpor emas senilai 50 miliar dollar AS. Menjadi menarik lagi, ketika 60 persen pembeli emas impor itu adalah kalangan petani. Selebihnya adalah belanja pemerintah untuk cadangan devisa mereka.

Gabungan dari budaya dan ritual agama menjadikan emas salah satu "kebutuhan" penting di India. Namun, situasi ekonomi global dan hantaman pelemahan nilai tukar rupee, yang diikuti anjloknya pertumbuhan ekonomi dari negara yang ekonominya pernah tumbuh 10 persen per tahun ini, membuat pemerintah India mengetatkan peraturan.

Seperti negara-negara emerging market lain yang mengalami persoalan defisit neraca transaksi berjalan dan pelemahan nilai tukar, pembatasan impor pun dilakukan. Tak terkecuali untuk emas itu. Mulai tahun ini, pajak impor emas dinaikkan menjadi 10 persen dan sekarang bahkan 15 persen.

Bukan penyelundupan pertama

"Ini adalah (dugaan penyelundupan emas) kelima dalam satu bulan terakhir," kata BP Sharma, Direktur Bandara Netaji Subhash Chandra Bose, seperti dikutip dari AFP. Menurut dia, penyelundupan meningkat seiring kenaikan bea impor emas yang diberlakukan negaranya.

Sebelumnya, penyelundupan emas senilai 95 juta rupee, setara 1,4 juta dollar AS atau Rp 17 miliar, di pesawat yang mendarat di Chennai, kota di selatan India. Pesawat ini berangkat dari Dubai dengan tujuan New Delhi. Empat warga Sri Lanka ditahan.

Pada Agustus 2013, petugas bea cukai juga menyita emas senilai 11 juta rupee, atau setara 180.000 dollar AS atau Rp 2,1 miliar. Satu penumpang yang berangkat dari Singapura dengan tujuan New Delhi ditangkap. Tiga puluh satu batang emas ditemukan di saku celana tersangka, dengan jahitan khusus di celananya.

Di Kalkuta, seorang pria berusia 28 tahun yang tiba dari Bangkok, Thailand, ditangkap dengan emas selundupan yang disembunyikan di obor besar. Dalam insiden lain, s
eorang tersangka yang terbang dari Dubai ditangkap dengan lima batang emas di tubuhnya.

(CNN/BBC/AFP/Berbagai Sumber)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com