Senior Advisor, Department of Energy Amerika Serikat, Dan Milstein mengatakan bahwa Indonesia memiliki sumber daya energi terbarukan yang luar biasa.
"Sektor swasta akan tertarik untuk berinvestasi jika mereka yakin bahwa mereka akan menghasilkan keuntungan dari memperkenalkan energi terbarukan ke pasar," ujar Milstein dalam Renewable Energy Roundtable AS-Indonesia Ketiga, di Jakarta, Senin (25/11/2013).
Milstein menuturkan, tiga tahun lalu Indonesia dan Amerika Serikat memulai dialog dalam hal perkembangan energi. Ia optimistis kerjasama yang dibangun kali ini akan mendatangkan profit kedua negara.
"Pertumbuhan ekonomi dan populasi di Indonesia menjadi tantangan energi. Mahalnya biaya listrik akan menemukan jawaban. EBT akan membantu manusia dan lingkungan," kata dia.
Ia menambahkan, di sejumlah daerah terpencil di Indonesia masih mengandalkan pasokan listrik dari PLTD. Harga sumber EBT biasanya lebih murah dibandingkan listrik dari PLTD yang menggunakan BBM.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo mengatakan, kebutuhan energi Indonesia setiap tahun tumbuh 8 persen, konsekuensi dari tumbuhnya ekonomi. Sementara populasi tumbuh rata-rata 1,1 persen per tahun.
Ia juga mengatakan, di tengah kondisi harga energi global yang tinggi, dan menurunnya lifting minyak, Indonesia masih memiliki anugrah melimpahnya sumber EBT yang variatif. Sebut saja, gheotermal, batubara, mikrohidro, bahan bakar nabati dan lain sebagainya.
"Pembangkit listrik butuh tambahan 5.000 megawatt per tahun untuk mencukupi pertumbuhan ekonomi dan populasi. Gheotermal butuh tambahan 400 megawatt tiap tahun. Itulah sebabnya perlu teknologi dan investasi. Kita tak punya. Kita berharap dari Anda," kata Susilo.
"Pemerintah akan sangat amat membantu menyediakan fasilitas agar investasi dari AS mengalir," katanya.