Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Hadapi Masalah

Kompas.com - 18/12/2013, 07:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Musim tanam yang sudah dimulai di sejumlah tempat terkendala beberapa masalah. Petani mengaku sulit mendapatkan pupuk. Hama terdapat di beberapa daerah sentra. Sebaliknya hujan yang masih mengguyur menyulitkan petani yang mulai panen.Pupuk menghilang di pasaran. Akibatnya, sebagian besar petani di Kabupaten Jember, Jawa Timur, kesulitan memperoleh urea. Apalagi, saat ini, petani sudah saatnya melakukan pemupukan pada tanaman padi.

Hendro Handoko, Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Ledokombo, Jember, Selasa (17/12/2013), mengatakan, saat petani akan memupuk tanaman padi, pupuk urea mulai sulit didapat.

Ketua Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) Jember Slamet Urip Santoso mengaku pihaknya mengajukan surat permohonan kepada Gubernur Jatim agar kuota pupuk urea untuk Jember tidak dikurangi. ”Sebenarnya urea yang dibutuhkan petani cukup tersedia di gudang,” kata Slamet Urip Santoso.

Hartono, Ketua KTNA Kabupaten Lumajang, mengatakan, petani di Lumajang mulai kesulitan mendapat pupuk urea. Padahal, saat ini petani sedang sangat membutuhkan.

Ketua Umum KTNA Winarno Tohir mengatakan, berdasarkan laporan anggota dan ketua KTNA dari sejumlah daerah, serangan hama tikus terjadi hampir merata di hampir seluruh wilayah di Jawa. ”Luasannya belum bisa diperhitungkan,” katanya.

Serangan hama tikus merebak karena selama ini petani tidak lagi kompak memburu tikus menjelang musim tanam. Dahulu dilakukan serempak, tetapi sekarang hanya perorangan. Akibatnya, tikus tak bisa dikendalikan.

Menteri Pertanian Suswono mengatakan, data sementara menunjukkan, realisasi tanam padi bulan Oktober mencapai 861.626 hektar atau 94,40 persen dari target, naik 0,71 persen dari realisasi tanam periode sama tahun lalu.

Pada November 2013, target luas penanaman padi mencapai 1,2 juta hektar. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Udhoro Kasih Anggoro mengatakan, realisasi penyaluran benih hibrida bersubsidi oleh PT Pertani sebanyak 17.107 ton atau 35,6 persen dari total alokasi. Adapun untuk benih hibrida 4,1 persen.

Sementara itu, di Banyuwangi, Jawa Timur, harga gabah kering panen anjlok dari Rp 4.500 menjadi Rp 4.000 per kg akibat cuaca basah. (SIR/NIT/MAS)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com