Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres: Tahun 2014 Terdapat 4 Faktor Risiko Ekonomi Indonesia

Kompas.com - 02/01/2014, 10:50 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden (Wapres) Boediono mengungkapkan, setidaknya ada empat faktor risiko penting terkait perekonomian Indonesia yang perlu diperhatikan dan diantisipasi di tahun 2014 ini.

Faktor pertama adalah terkait likuiditas global dengan sudah diputuskannya postur kebijakan moneter AS atau pengetatan stimulus moneter. Kedua adalah harga minyak yang menurut Boediono selalu menjadi salah satu variabel penting perekonomian Indonesia.

"Faktor risiko ketiga adalah harga bahan makanan. Ini juga sangat penting karena masuk ke berbagai pintu ekonomi kitam antara lain pada inflask yang sangat penting mempengaruhi keputusan pelaku ekonomi. Keempat adalah politik dalam negeri. Tahun politik 2014 akan ada pegaruhnya dengan apa yang akan terjadi di Indonesia," kata Boediono saat membuka perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Kamis (2/1/2014).

Terkait kebijakan pengetatan stimulus moneter AS, Boediono mengatakan hal itu sudah diputuskan dan pasti harus dihadapi. Walaupun belum jelas akan seperti apa iramanya, namun yang jelas ia menegaskan quantitave easing telah berlalu.

"Mengenai pengetatan likuiditas global ini berbeda dengan pengetatan likuiditas yang kita alami di tahun 1998 dan 2008. Tapering off sekarang triggernya bukan karena bangkrutnya perusahaan finansial, hilangnya confidence, tapi karena recovery negara-negara maju, terutama AS," ujar Boediono.

Untuk harga minyak, Boediono menjelaskan faktor risiko dalam negeri adalah konsumsi BBM. Volume yang ditargetkan, kata dia, masih berada pada jalur yang benar. "Ini perlu dijaga. Kalau membutuhkan action untuk mengendalikan dengan cara lebih pakem dari peningkatan konsumsi, pemerintah tidak akan ragu," jelasnya.

Adapun mengenai harga bahan makanan, Boediono mengatakan, hal ini berkait langsung dengan inflasi. Inflasi Indonesia, kata dia, determinan utamanya bukan moneter seperti di negara-negara lain, namun dari supply dan bahan kebutuhan pokok, khususnya makanan. Untuk itu, guna mengendalikan inflasi dalam negeri, maka harga makanan perlu dikawal dengan baik.

Mengenai faktor politik, Boediono mengharapkan pemilu baik legislatif maupun presiden dapat berjalan baik, dalam artian aman dan lancar. "Sehingga akhirnya bisa disepakati pemerintahan baru yang bisa langsung kerja setelah memperoleh mandat," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com