Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investor Obat Kimia Persulit Pengembangan Bisnis Obat Herbal Lokal

Kompas.com - 23/03/2014, 16:35 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia adalah penghasil obat herbal, namun pengembangan bisnis obat herbal di Indonesia sulit bersaing dengan obat-obatan kimia.

Menurut Praktisi herbal sekaligus Pendiri Yayasan Rastura Indonesia, Moch. Sudjana, hambatan pengembangan obat herbal di Indonesia adalah adanya sentimen pasar terhadap industri herbal lokal.

"Ada sentimen pasar yang memojokkan obat herbal. Saya sudah berpuluh-puluh tahun berkecimpung di herbal ini dan banyak penderita yang sembuh terutama diabetes," ujar Sudjana di Bekasi, Minggu (23/3/2014).

Hambatan yang paling nyata dalam pengembangan produk obat herbal Indonesia adalah kuatnya intervensi investor-investor obat kimia. "Ini karena ada investor-investor udah masuk di dalam obat sistesis jadi akhirnya intervensi mereka terlalu kuat," katanya.

Namun menurutnya, para pengusaha obat herbal dalam negeri tidak akan mundur untuk mengembangkan obat herbal yang merupakan tradisi dari Indonesia tersebut. "Kita tidak akan mundur sampai kapanpun, karena pembuktian dan kebenaran pasti akan muncul," tandasnya.

Sebelumnya, Pemerintah diwakili oleh Departemen Kesehatan, sudah menerbitkan Peraturan No 006 Tahun 2012 Tentang Bisnis Obat Tradisional dan Industri. Tujuan penerbitan peraturan tersebut untuk melindungi produksi dan industri pasar herbal di Indonesia. Potensi pasar domestik produk herbal pertahun bisa mencapai Rp25 triliun.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai import obat tradisional dan herbal sepanjang tahun 2011 mencapai USD 40,5 juta. Indonesia mengimpor 60 persen dari obat-obat herbal dari negara lain diantaranya China dan India.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com