Pertama, adalah pelarangan ekspor bijih mineral mentah, dan kedua adalah penurunan produksi sektor pertanian khususnya tanaman bahana makanan karena cuaca buruk. Suryamin juga menyebut, adanya perlambatan di sektor perdagangan akibat terdampak kebijakan di sektor pertambangan, dan terakhir adalah perlambatan laju pertumbuhan di sektor perbankan.
Melihat pencapaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2014 dan empat faktor penyebabnya, analis BPS, Suhariyanto mengatakan, pada dasarnya pelarangan ekspor mineral mentah merupakan kebijakan yang cukup baik untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Namun, untuk mengkompensasi kemungkinan perlambatan serupa terulang di kuartal II-2014, dia menyarankan beberapa hal.
“Sebenarnya dalam jangka panjang larangan ini bagus, agar kita tidak mengekspor barang mentah. Tapi mungkin awal-awalnya, ya saya kira 5,21 itu enggak buruk. Tapi triwulan II, III, IV kita optimistis ada perubahan. Kita bisa mengandalkan tekstil, pakaian jadi, barang kerajian. Kita enggak harus bergantung ke HS 26 (bijih-bijih kerak, dan abu). Kita bisa meningkatkan pasar, membuka pasar, mengembangkan,” jelasnya, ditemui di Kantor Pusat BPS, Senin (5/5/2014).
Selain itu, industri pengolahan dan pertanian juga perlu ditingkatkan. Dia mengatakan, saat ini industri masih bergantung pada bahan baku impor. Seandainya, lanjut dia, bahan baku tersebut dapat disuplai dari domestik, maka itu akan sangat membantu.
“Industri dan pertanian harus kita genjot karena ada sebagian besar tenaga kerja kita di sana. Ke depan kita harus mikir ke sana,” ucapnya.
Ditemui terpisah, Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Lukita Dinarsyah Tuwo membenarkan bahwa tidak bisa dipungkiri terjadi pergeseran dari sektor primer ke sekunder. Salah satu indikasinya adalah pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian menuju sektor perdagangan, dan sektor sekunder lain.
Meskipun demikian, dia menegaskan seharusnya, sektor primer, sekunder dan tersier saling mengait satu dengan yang lainnya. “Kita harus memperkuat primer, supaya menghasilkan produk primer yang baik, sehingga begitu diolah di industri pengolahan bisa menghasilkan nilai tambah yang begitu besar,” kata Lukita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.