Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjualan Baju Grosir Turun

Kompas.com - 14/07/2014, 15:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Dua minggu menjelang Lebaran kenaikan penjualan baju muslim hanya terjadi pada metode penjualan dalam jaringan dan kaki lima. Metode penjualan grosir langsung bahkan mengalami penurunan omzet apabila dibandingkan dengan penjualan tahun 2013.

Para pedagang menduga, biaya untuk tahun ajaran baru serta kenaikan tarif listrik menjadi penyebab menurunnya volume pembelian.

”Biasanya, minggu kedua bulan puasa dagangan saya sudah ludes. Sekarang masih tersisa 80 kodi,” kata Loly, penjual baju koko di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (12/7/2014).

Para pedagang mengeluh, biasanya, tiga bulan sebelum Ramadhan, pembeli grosiran dari luar Jabodetabek datang berbelanja. Akan tetapi, tahun ini, jumlah pembeli grosiran yang datang berkurang hingga setengah. Selain itu, pembeli tidak lagi membeli pakaian sebanyak satu kodi per model.

”Pembeli biasanya meminta tiga potong pakaian untuk setiap model. Cara seperti itu mengakibatkan penjualan menjadi eceran, bukan grosir. Jadi, banyak pakaian yang tersisa,” ujar Siti, pedagang baju muslim.

Menurut para pedagang di Pasar Tanah Abang, jumlah pengunjung yang datang mencapai puncak pada tanggal 29 Juni, yaitu satu hari menjelang puasa. Namun, transaksi yang terjadi hanya sedikit. Rata-rata, pembeli hanya datang untuk cuci mata.

Di pusat grosir pakaian ITC Cipulir, jumlah pembeli yang datang malah lebih sepi, termasuk saat satu hari menjelang puasa. Para pedagang mengatakan, mereka tidak mengalami peningkatan penjualan yang signifikan. Apabila bulan puasa tahun 2013 naik sebanyak 40 hingga 100 persen, tahun ini hanya naik sebanyak 5 hingga 20 persen.

Hilman, seorang pembeli mengatakan, tahun ajaran baru dan kenaikan listrik memberatkan pengeluaran. ”Dulu, hanya 60 persen dari penghasilan saya untuk keperluan rumah tangga. Sekarang, 80 persen gaji habis untuk hidup sebulan,” tuturnya.

Meskipun begitu, para pembeli mengungkapkan, membeli baju baru sudah menjadi tradisi Lebaran.

Sementara itu pedagang daring (online) juga menikmati kenaikan bertahap, yaitu dari 80 persen menjadi 100 persen. Prosedur belanja daring yang praktis dan hemat biaya transportasi membuat industri ini tumbuh 100 persen setiap tahun.

Dini, pemilik butik daring, mengatakan, pemesanan sempat menurun karena tahun ajaran baru. Namun, meningkat kembali pada waktu seminggu sebelum puasa hingga ketika puasa.

Nuris, pengelola butik daring lainnya, mengatakan, para pembeli berasal dari berbagai penjuru Indonesia. Mereka secara seimbang terbagi menjadi pembeli grosir untuk dijual kembali, serta pembeli eceran untuk pemakaian pribadi.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Parcel Indonesia (APPI) Fahira Idris mengatakan, kecenderungan konsumsi masyarakat yang naik untuk hari raya serta didukung oleh meningkatnya daya beli masyarakat memberi peluang positif bagi para pengusaha bingkisan dalam Lebaran 2014. Penjualan bingkisan pada Lebaran tahun ini kemungkinan naik 10 persen dibandingkan Lebaran 2013.

”Biasanya, bingkisan berupa makanan terjual paling banyak, yakni 50 persen. Terbanyak kedua, sekitar 30 persen, adalah bingkisan kombinasi makanan dengan alat rumah tangga, dan sisa 20 persennya adalah bingkisan barang terkait gaya hidup Muslim,” kata Fahira. (A15/A03)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com