Heineken, yang juga produsen sejumlah merek bir seperti Bintang, Amstel, Tecate and Dos Equis, kepemilikan sahamnya dipegang oleh keluarga yang mendirikan perusahaan itu sejak 1864, dan menjadi produser bir terbesar di Eropa dari sisi volume.
Seperti dikutip dari CNN Money, Senin (15/9/2014), alasan penolakan produsen bir Belanda itu ingin mempertahankan "tradisi dan identitas" perusahaan, sehingga memilih untuk independen.
Sejauh ini, Heineken menjadi perusahaan sangat menarik bagi perusahaan lain untuk diakuisisi, di tengah maraknya konsolidasi pabrikan bir global, seperti Anheuser-Busch InBev (AHBIF) dan SABMiller. Perusahaan-perusahaan itu melakukan merger dan akuisisi untuk membangun kerajaan bisnis yang bergerak di bidang minuman.
Hingga saat ini, AB InBev menjadi produser bir terbesar di dunia, setelah perusahaan Belgia-Brazil itu mencaplok perusahaan bir AS, Anheuser-Busch pada 2008.
Heineken dan SABMiller terus berkompetisi menghadapi dominasi pasar AB InBev, dan merger di antara keduanya sebenarnya bisa menekan biaya distribusi.