Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Pembalikan "Hot Money"

Kompas.com - 25/09/2014, 10:32 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Alarm  itu menyalak kencang!  Adalah Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen yang kembali membunyikannya.  

Kemarin (24/9/2014), Yellen kembali minta agar investor waspada. Sebab, The Fed akan mengumumkan kenaikan suku bunga lebih cepat dari perkiraan, jika ekonomi AS terus meningkat, lebih baik daripada perkiraan. Bahkan, ada kemungkinan, kenaikan bunga tak dilakukan di kuartal pertama 2015, tapi di akhir 2014.

Ini jelas harus menjadi lampu kuning bagi pemerintah baru 2014-2019 Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Sebab, ada ancaman terjadi pembalikan dana-dana asing (hot money) dari pasar keuangan Indonesia.  Apalagi, dana-dana asing menguasai pasar portofolio Indonesia, baik di pasar saham maupun surat utang negara atau SUN. 

Hingga 22 September, dana asing di pasar SUN semisal sudah mencapai Rp 443,72 triliun atau 37,02 persen dari total dana yang ada di SUN. Meski sepanjang Agustus sampai September, dana asing keluar, namun bila dihitung sejak awal tahun tahun, net buy asing masih tinggi yakni Rp 52,59 triliun.

Bila dana-dana panas ini serentak keluar (sudden reserval)  bisa membuat perekonomian kolaps. Apalagi, kondisi ini juga bersamaan dengan tren pelemahan rupiah serta harga komoditas andalan ekspor Indonesia yang turun hingga beban utang luar negeri pemerintah yang kini mencapai 40 persen dari total uang pemerintah.  

"Kondisi ini harus mendapat perhatian khusus pemerintah baru," tandas  Menteri Keuangan Chatib Basri, Rabu (23/9/2014).

Apalagi, hingga saat ini, Indonesia belum memiliki jaring pengaman sistem keuangan atau JPSK. Padahal, UU ini bisa jadi payung hukum untuk menghindari krisis. 

Chatib menyarankan agar pemerintah baru bersiaga menghadapi ancaman pembalikan hot money. Sejumlah bantalan harus disiapkan.

Pertama, pemerintah harus memperbaiki fundamental ekonomi dengan  memperbaiki defisit neraca dagang dan transaksi berjalan.  

Kedua, lewat bond stabilization framework, pemerintah bisa membeli kembali (buy back) SUN yang ditinggalkan asing dengan menggunakan dana anggaran,  meminta BUMN ikut membeli SUN hingga bisa memanfaatkan dana umat yakni Dana Haji dan Dana Jaminan Sosial untuk masuk ke SUN. 

Hitungan dia,  dana haji yang bisa masuk SUN bisa 15 miliar dollar AS. Adapun, dana jaminan sosial 30 miliar dollar AS hingga 2020. Dengan kurs rupiah saat ini, dana itu senilai lebih dari Rp 500 triliun. 

Namun, Kepala Ekonom Bank Mandiri Destri Damayanti yakin hot money tak akan langsung keluar karena imbal hasil investasi di Indonesia masih tinggi. Apalagi, "Jika pemerintah baru mampu menjaga stabilitas makro, " kata Destri.  (Adi Wikanto, Asep Munazat Zatnika, Jane Aprilyani, Margareta Engge Kharismawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com