Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gula Menumpuk di Gudang, Dirut RNI Tuding Gita Wirjawan Jadi Penyebab

Kompas.com - 19/10/2014, 17:34 WIB
Tabita Diela

Penulis


INDRAMAYU, KOMPAS.com- Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Ismed Hasan Putro, mengungkapkan, mantan Menteri Perdagangan  Gita Wirjawan, merupakan tokoh yang paling bertanggung jawab dalam membanjirnya gula rafinasi di pasar. Tindakan Gita, menurut Ismed, berefek sangat genting bagi kelangsungan hidup petani tebu.

"Kebijakan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan yang meloloskan hampir empat juta (ton) lebih gula rafinasi masuk menguasai pasar gula nasional itu berdampak bukan saja ruginya pabrik-pabrik gula BUMN, tapi terbunuhnya hutan petani tebu di ladang tebu mereka. Karena mereka tidak bisa menjual gulanya dan kalau pun bisa dijual itu harganya akan sangat merugikan mereka," ujar Ismed di Indramayu, Minggu (19/10/2013).

Regulasi yang terkait dengan gula rafinasi itu, tutur Ismed, merupakan regulasi terburuk dalam sejarah pergulaan Indonesia. Kebijakan yang dibuat oleh Mendag bersama Menko Ekuin beberapa waktu lalu itu disebut oleh Ismed sebagai "satu permainan transaksional yang luar biasa daya pukulnya, daya bunuhnya, terhadap industri gula nasional."

"Dan ini dampaknya akan sangat signifikan, mengapa, karena sampai saat ini ada sekitar 1,2 juta ton gula tebu yang tersimpan di gudang. Itu artinya kalau nanti sampai 2015 tidak terjual, dan ditambah dengan produksi 2015 maka kita sebetulnya tidak (perlu) berproduksi selama tiga tahun, gula tebu itu sudah cukup. Ini serius," imbuhnya.

Ismed juga mengungkapkan, gula hasil produksi 2013 pun kini mulai rusak dan harus diproduksi ulang. Tidak hanya menyulitkan orang per orang, hal ini juga memberatkan perusahaan-perusahaan produsen gula, misalnya PTPN.

"PTPN yang membayar gaji karyawannya dengan gula. Tidak pernah dalam sejarah republik ini karyawan pabrik gula itu dibayar dengan gula, itu satu," sebutnya.

Yang kedua, lanjut dia, kontraktor atau rekanan juga dibayar dengan gula karena tidak ada uang masuk sementara barang bertumpuk di gudang. 

"Belum pernah terjadi dalam sejarah. Jadi ini betul-betul slogan swasembada gula itu omong-kosong karena pada faktanya komitmen Pak SBY itu dirusak, dikhianati oleh menteri-menterinya, anggota kabinetnya yang rakus. Yang tidak punya nasionalisme, yang berpikir hanya untuk kepentingan pragmatis dan transaksional atau perburuan rente dengan kartel," katanya.

Sebagai catatan, Ismed mengungkapkan bawa industri gula PT RNI sepanjang 2014 ini terus mengalami kerugian. Pada akhir tahun nanti, RNI akan merugi sebesar Rp 300 miliar untuk induatri tersebut. Meski masih memiliki pemasukan dalam industri kelapa sawit, obat, serta karung plastik, namun keuntungan dari sektor lain disinyalir akan terus tergerus. Pasalnya, 60 persen dari laba RNI ditentukan oleh sektor gula.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com