Direktur Utama TINS Sukrisno menjelaskan, nilai investasi yang dibutuhkan untuk membangun smelter tersebut sekitar Rp 100 miliar. "Kami harapkan smelter itu bisa dibangun mulai tahun 2015," imbuhnya.
Catatan saja, nilai investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan smelter timah memang tidak semahal pembangunan smelter nikel. Pasalnya, titik didih yang dibutuhkan untuk kedua mineral tersebut berbeda cukup jauh. Jika nikel membutuhkan suhu 1.000 derajat celsius hingga 1.500 derajat celsius untuk meleleh, timah hanya membutuhkan suhu 600 derajat celsius.
Pembangunan smelter ini merupakan kelanjutan dari ekspansi regional yang dilakukan TINS. Sebelumnya, ekspansi tersebut diawali dengan membentuk dua perusahaan patungan atau joint venture (JV) dengan perusahaan pelat merah setempat.
Kerja sama tersebut membentuk dua JV yang bergerak di bidang masing-masing. Pertama, PT Timah Myanmar Mining yang bergerak di sektor pertambangan, lalu yang kedua adalah PT Timah Myanmar yang fokus pada industri pengolahan timah.
Tim kajian perseroan saat ini telah bergerak untuk melakukan studi kelayakan pembangunan smelter tersebut. "Targetnya, akhir tahun ini kajiannya sudah tuntas," pungkas Sukrisno. (Dityasa H Forddanta)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.