Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Cabai Makin Mahal

Kompas.com - 12/11/2014, 15:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga cabai sejumlah daerah di Indonesia terus merangkak naik. Di sejumlah pasar tradisional di Jakarta misalnya, cabai mengalami lonjakan hingga 150 persen.

Di Pasar Cengkareng Jaya, Jakarta Barat, misalnya, harga cabai rawit merah yang semula berada di kisaran Rp 20.000-an per kilogram, kini melonjak menjadi Rp 50.000 per kilogram atau naik 150 persen.

"Harga cabai rawit merah naik dari Rp 20.000 jadi Rp 50.000 per kilogram, kalau cabai besar lebih jauh lagi naiknya, dari Rp 20.000 jadi Rp 60.000 per kilogram," kata Samanhudi (28) di Jakarta, Rabu (12/11/2014).

Pedagang cabai lain di pasar yang sama, Sukmayanti (20), mengatakan harga cabai merah besar adalah yang termahal, Rp 65.000 per kilogramnya.

Harga cabai di pasar Gang Kancil Jakarta Barat pun tak berbeda jauh. Di kios Aminah (43), cabai rawit juga mencapai Rp 50.000 per kilogramnya.

Dari kedua pasar tersebut, para pedagang kompak mengatakan kenaikan dimulai sejak sekitar dua pekan lalu. "Kenaikan sudah sejak dua minggu lalu lah kira-kira, bertahap dulu sih naiknya, awalnya cabai rawit naik jadi Rp 38.000, eh sekarang melonjak jadi Rp 50.000," kata Samanhudi.

Berbagai alasan dikemukakan para pedagang terkait penyebab naiknya harga cabai. Aminah mengira kenaikan disebabkan adanya spekulasi akan wacana kenaikan bahan bakar minyak (BBM).

"Katanya sih gara-gara Pak Jokowi mau naikin harga bensin, jadi semua pada dinaikin," kata nenek lima cucu itu.

Sementara Samanhudi mengatakan kenaikan harga dipicu kurangnya pasokan dari daerah penghasil cabai. "Pasokan di Pasar Induk (Keramat Jati) kurang. Katanya sih dari Jawa-nya kurang, sebabnya tidak tahu, tapi kami beli bebas kok tidak dibatasi, sekuat uangnya saja beli berapa," kata Samanhudi yang sehari paling banyak mampu menjual 15 kilogram cabai itu.

Di Pasar Senen, Jakarta Pusat, harga cabai juga ikut merangkak naik, di kios Yati, misalnya, harga cabai rawit merah yang semula seharga Rp 18.000 per kilogram naik menjadi Rp 45.000 hingga Rp 50.000 per kilogram. "Sekarang cabai yang kualitasnya buruk pun ada yang mau beli, yang agak busuk, harganya kita kasih Rp 25.000, Rp 30.000 per kilogram," kata Yati Rahayu (30), pedagang di Pasar Senen.

Yati sendiri mengaku mendapat kabar penyebab kenaikan harga cabai diakibatkan oleh rencana kebaikan BBM. "Biasa kalau mau naik BBM harga-harga pada naik, tapi biasanya dua-tiga bulanan setelah itu stabil kembali," kata Yati yang mengaku tak menimbun cabai karena dibatasi pembeliannya oleh agen di pasar Induk.

Di daerah
Harga cabai di beberapa kota lain juga mengalami kenaikan. Seperti dikutip dari Antara, diKota Palembang, Sumatera Selatan, harga cabai merah keriting di sejumlah pasar tradisional dalam dua hari belakangan yang mencapai Rp 65.000 per kilogram, atau naik dibandingkan dengan awal pekan lalu yang Rp 40.000.

Sementara di di Muara Teweh Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, cabai rawit bahkan menyentuh haraga Rp 120.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 65.000 per kilogram.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com