Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serabi, Harga BBM, dan Kegelisahan Aswan

Kompas.com - 18/11/2014, 11:11 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Aswan Sumarno (29) sibuk melayani pembeli, Senin (17/11/2014) malam. Kue serabi khas Bandung yang ia jajakan di Jalan KH Wahid Hasyim, Gambir, Jakarta Pusat, itu biasanya laris diserbu orang kantoran di sekitarnya. Namun, kali ini ada yang berbeda.

Jelang pukul 21.00 WIB, dia merasa gelisah. Dari para pembelinya, dia mengetahui bahwa Presiden Joko Widodo akan mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan berlaku mulai Selasa (18/11/2014) pukul 00.00 WIB.

"Ya, wajar saja gelisah. Saya jualan serabi baru dua minggu, eh harga BBM pas banget naik," ujar pria kelahiran Bandung tersebut kepada Kompas.com.

Menurut Aswan, kenaikan harga BBM bersubsidi itu bakal memukul pelaku usaha kecil menengah seperti dirinya. Perencanaan bisnis yang sudah dimatangkan jauh-jauh hari harus dirombak total agar tetap bisa meraup laba. Perombakan itu pun mesti tepat agar tidak bangkrut.

Selama dua minggu berjualan, dia merogoh kocek Rp 100.000 untuk konsumsi BBM jenis premium untuk satu unit truck food yang telah dimodifikasi bagian belakangnya untuk berjualan serabi. Setelah harga BBM naik, dia memprediksi akan ada pengeluaran dua kali lipat untuk bensin.

Adapun pengeluaran untuk bahan baku serabi kira-kira Rp 3 juta per pekan. Dengan harga baru BBM, ongkos itu dipastikan naik. Belum lagi dia harus menggaji dua pegawainya dengan total Rp 4 juta per bulan.

"Saya enggak tau nih, apakah efeknya harus naikkin harga serabinya juga atau enggak. Saya mau lihat dulu beberapa hari ke depan," ujar dia.

Aswan pernah membuka usaha kebab pada 2010 silam di Bandung. Karena kekurangan modal, pria yang bekerja di salah satu hotel internasional di Jakarta itu terpaksa gulung tikar. Aswan tidak mau pengalaman buruknya itu terulang kembali sekarang ini.

Insentif UKM

Dari televisi, dia mengetahui bahwa kenaikan harga BBM adalah hasil dari pengurangan anggaran subsidi. Dia berharap orang-orang seperti dirinya mendapatkan "cipratan" pengalihan subsidi tersebut.

"Dengar-dengar sih subsidinya dialihkan, tapi peruntukannya enggak tahu ke mana. Katanya ke infrastruktur, tapi infrastruktur mananya ya enggak jelas," ujar dia.

Jika boleh meminta, sebutnya, dia ingin Presiden Jokowi mengalihkan subsidi BBM kepada pelaku usaha kecil menengah seperti dirinya. Menurut dia, usaha seperti dirinya merupakan tonggak perekonomian rakyat kecil yang mesti dijaga kestabilannya.

Lonceng kenaikan harga BBM dibunyikan. Api mereka yang menolak berkobar seiringan. Namun, menurut prinsip Aswan, yang terpenting bukan menolak atau menerima. Dalam kondisi apa pun, ia harus berjuang untuk tetap hidup.

Semalam, Presiden Joko Widodo menetapkan harga BBM bersubsidi masing-masing premium dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 dan solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500. Jokowi mengakui, kebijakan itu merupakan hal yang berat diputuskannya selaku kepala negara. Meski begitu, Jokowi memastikan ada kompensasi bagi masyarakat kurang mampu agar tetap mempertahankan daya beli masyarakat.

"Untuk rakyat kurang mampu, disiapkan perlindungan sosial, paket Kartu Keluarga Sejahtera, Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu Indonesia Pintar, yang dapat segera digunakan untuk jaga daya beli rakyat," sebut Jokowi.

Baca juga: Menteri ESDM Blakblakan Bicara Masalah Minyak Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com