Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama Kali Sejak Juli 2009, Harga Minyak Jatuh di Bawah 60 Dollar AS

Kompas.com - 12/12/2014, 08:38 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak AS jatuh di bawah 60 dollar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Juli 2009 pada perdagangan Kamis (11/12/2014) waktu setempat (Jumat pagi WIB). Harga emas hitam ini melorot 44 persen sejak Juni 2014 lalu.

Harga minyak sempat bertahan untuk hampir sepanjang perdagangan sebelum merosot lebih dari satu dollar AS dalam dua jam akhir perdagangan di New York Mercantile Exchange.

Pada penutupan, patokan AS minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, telah kehilangan 99 sen dari Rabu menjadi 59,95 dollar AS per barel.

Di London, minyak mentah Brent untuk Januari mengikuti pola yang sama, berakhir turun 56 sen menjadi 63,68 dollar AS per barel.

"Di bawah 60 dolar AS, kami melewati garis lain di sini," kata James Williams, analis energi di WTRG Economics menanggapi harga WTI.

Dia mengatakan bahwa laporan stok minyak AS pada Rabu, dengan kenaikan dalam tingkat penyimpanan minyak mentah dan produk olahan, hanya menambah tekanan jual pada pasar global yang kelebihan pasokan.

"Ada banyak pasokan, lebih dari banyak. Kilang-kilang sedang berjalan dengan produksi penuh, produksi meningkat, dan masih terjadi peningkatan dalam minyak mentah," " kata dia.

"Dapat dibayangkan, kita bisa melihat minyak mentah akan di bawah 50 dollar AS untuk periode waktu singkat," ucap dia.

"Pasar minyak mungkin oversold dari perspektif teknis, tetapi terus kekurangan dukungan fundamental untuk pembalikan berarti bagi kenaikan," kata Tim Evans dari Citi Futures.

Harga minyak AS juga jatuh setelah Kuwait memangkas harga jual minyak mentah untuk pelanggannya di Asia.

Kuwait, produsen terbesar ketiga OPEC, menurunkan harga minyak mentah Januari untuk pelanggan Asia pada Rabu, menjadi anggota OPEC ketiga yang menawarkan diskon setelah Arab Saudi dan Irak.

Para pedagang berpendapat persaingan harga dari produsen minyak mentah akan menyeret harga yang lebih rendah.

Selain itu, menteri minyak Arab mempertanyakan kebutuhan untuk memangkas produksi. "Mengapa saya harus memotong produksi?" Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali Al-Naimi mengatakan kepada wartawan, Rabu. "Ini adalah pasar dan saya jual di pasar. Mengapa saya harus memotong?" Dia mengatakan pasar akan mengoreksi dengan sendirinya.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memproduksi sepertiga dari minyak mentah dunia, mempertahankan pagu produksi kolektif 30 juta barel per hari pada pertemuan di Viena, 27 November 2014 lalu.

Kartel itu menyatakan, dalam laporan bulanan pada Rabu bahwa pada 2015, pasokan minyak non-OPEC diperkirakan akan meningkat sebesar 1,36 juta barel per hari menjadi rata-rata 57,31 juta barel per hari.

Badan Informasi Energi AS (EIA), melaporkan, produksi minyak mentah AS mencapai 9,12 juta barel per hari untuk pekan yang berakhir 5 Desember.

EIA pada Selasa memangkas proyeksi harga minyak mentah sebesar 15 dollar AS dalam menanggapi keputusan OPEC dan meningkatnya produksi AS. EIA memperkirakan bahwa minyak mentah AS dan Brent masing-masing akan mencapai rata-rata 62,75 dollar AS dan 68,08 dollar AS pada 2015.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com