Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transportasi Udara Masih Tetap yang Paling Aman

Kompas.com - 29/12/2014, 14:32 WIB

SINGAPURA, KOMPAS.com -  Hilangnya pesawat AirAsia QZ8501 seolah menasbihkan, bahwa tahun 2014 merupakan tahun terburuk bagi industri penerbangan di Asia.  Empat insiden penerbangan mewarnai tahun 2014, yang membuat lebih dari 600 orang meninggal dunia.

Meski demikian, perjalanan udara dinilai masih sebagai transportasi yang paling aman. "Transportasi udara merupakan moda transportasi paling aman dibandingkan dengan yang lain," ucap pendiri perusahaan riset penerbangan Endau Analystics, Shukor Yusof.

Yusof menyatakan, keempat insiden tersebut memang mempengaruhi industri penerbangan di Asia. Adapun insiden penerbangan pada tahun ini adalah hilangnya Malaysia Airline MH370 di atas Samudera Hindia yang hingga kini belum juga ditemukan.  Jatuhnya pesawat Malaysia Air MH17 di Ukraina, kecelakaan pesawat TransAsia Airways Corp di Taiwan, dan terakhir adalah hilangnya pesawat AirAsia QZ8501.

"Ini telah mempengaruhi banyak perusahaan penerbangan di Asia," kata Yusof.

Yusof menyebutkan, dengan mayoritas kecelakaan menimpa pesawat milik maskapai Malaysia, menyebabkan ada pandangan, bahwa negara jiran tersebut menghasilkan maskapai yang tidak aman.  "Tetapi saya tidak berpikir itu adalah refleksi dari keselamatan penerbangan mereka,” ucap Yusof.

Di sisi lain, Yusof memuji dunia penerbangan Indonesia yang dinilainya terus melakukan perbaikan. "Indonesia telah membuat kemajuan luar biasa dalam meningkatkan catatan keselamatan mereka," kata dia.

Sementara itu, Mark D. Martin, CEO Martin Consulting LLC yang berbasis di Dubai, menyebutkan, tahun 2014, memang merupakan tahun yang tidak menyenangkan bagi dunia penerbangan.

Berdasarkan data konsultan keselamatan udara Ascend Worldwide, tahun ini menjadi yang terburuk sejak tahun 2005, dimana di tahun tersebut ada 916 orang tewas ketika menggunakan jasa penerbangan.

"Insiden ini bisa menyerang siapa saja dan kapan saja. Padahal, industri penerbangan setiap tahun menghabiskan hampir 6 miliar dollar AS untuk memastikan langkah pre-emptive agar pesawat terbang menjadi lebih aman," tambahnya.

Meski demikian, dia yakin, kecelakaan-kecelakaan yang terjadi di Asia tersebut,  tidak akan berpengaruh secara siginifikan terhadap pertumbuhan penerbangan berbiaya rendah di Asia Tenggara, termasuk rencana ekspansi AirAsia.

"Di 2015 industri penerbangan akan mendapat tekanan lebih dari perusahaan asuransi, perusahaan leasing, otoritas keselamatanan, dan juga wisatawan. Mereka perlu menjawab dan meyakinkan mengenai keselamatan," kata Martin. (Hendra Gunawan)

baca juga:
Ini Perbandingan Lokasi Hilangnya AirAsia dan Adam AirPesawat Hilang, Jonan Akan "Review" Bisnis AirAsia di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com