Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Benjina Terbongkar, Menteri Susi Risau

Kompas.com - 08/04/2015, 20:53 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Terbongkarnya kasus perbudakan oleh PT Pusaka Benjina Resources (PBR) malah membuat Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti risau. Pasalnya, gara-gara hal itu, Susi jadi memikirkan nasib warga negara Indonesia (WNI)  korban perbudakaan di kapal-kapal asing. “Persoalan sekarang ini yang kita semua harus khawatirkan, berapa banyak sebetulnya ABK Indonesia di kapal ikan di seluruh dunia. Bagaimana kita cari tahu, dari mana kita tahu?” ucap Susi, Jakarta, Rabu (8/4/2015).

Susi menegaskan praktik illegal fishing menjadi perhatian semua negara di dunia. Sebab, menurut Susi penangkapan ikan secara ilegal itu menjadi kendaraan berbagai kejahatan lain. Salah satunya, perbudakan (slavery).

Susi pun mengaku khawatir tidak tertutup kemungkinan banyak orang Indonesia menjadi budak-budak di kapal asin, yang berlayar bukan di perairan Indonesia. Dia bilang, jika modus operandi yang digunakan oleh para pelaku perbudakan sama seperti yang dilakukan oleh PBR,  kemungkinan orang-orang Indonesia dijual dengan paksaan dan penipuan.

Susi bilang, bisa jadi mereka direkrut dan dijanjikan bekerja di Bangkok. Ternyata, mereka dinaikkan ke atas kapal. Modus lain, yakni perdagangan manusia di bawah umur 16 tahun. “Saya sangat khawatir. Jangan sampai (terjadi). Sebetulnya masih banyak, ribuan orang Indonesia juga mengalami perlakuan sama seperti orang Myanmar (diperbudak Benjina). Tapi kita ndak tahu caranya. Cara untuk tahu bagaimana? Karena, kita tidak tahu mereka direkrutnya dari mana, dan lewat mana,” kata Susi.

Selain, tidak tahu dari mana perekrutan ABK, Susi menyebutkan kapal-kapal ilegal yang melakukan perbudakan pasti tidak beroperasi di perairan Indonesia. “Pasti mereka di kapal yang berlayar di Bering, Kanada, Atlantik, tapi tidak di Indonesia,” ucap dia.

Terbongkarnya kasus perbudakan di Benjina sungguh diakui Susi membuatnya khawatir. Susi menyebutkan, kapal-kapal yang melakukan illegal fishing dan perbudakan umumnya beroperasi di wilayah terpelosok seperti Benjina, dan Wanam.

Selain itu, para pelaku  juga mempekerjakan ABK di negara yang letaknya jauh dari wilayah kapal tersebut berlayar. Keterbatasan bahasa membuat para ABK yang diperbudak ini sulit untuk pulang. “Kita berharap menemukan jalan bagaimana menemukan ABK kita yang bekerja di kapal illegal fishing asing, yang di luar. Saya tidak tahu kita harus start from where. Mungkin radio, minta masyarakat lapor anak mereka yang hilang. Kalau TKI masih mudah karena mereka di darat. Laut ini ya laut, no body see, no body can knows,” pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com