Pertamina Menyatakan Siap Kelola Blok Mahakam Sejak 2008

“Sebenarnya sudah sejak 2008 kami sampaikan Pertamina sanggup kelola Mahakam,” kata Syamsu dalam seminar bertajuk “Penyelamatan Sumber Penyelamatan Sumber Daya Alam Migas di Indonesia” yang diselenggarakan Kompasiana, Jakarta, Senin (13/4/2015).

Namun, pemerintah pada saat itu belum menyinggung sama sekali soal masa transisi atau peralihan pengelolaan lapangan minyak yang dioperatori Total E&P Indonesie sejak 1967 itu. Padahal, semakin tua lapangan migas, risikonya juga akan semakin besar.

Pertamina telah memiliki dua pengalaman pengambilalihan Production Sharing Contract (PSC) yang berakhir. Pertama adalah alih kelola WK Offshore North-West Java (ONWJ) dari BP kepada Pertamina (PHE ONWJ) tahun 2009. Saat itu terdapat masa transisi yang cukup, sehingga produksi bisa dipertahankan dan ditingkatkan.

Kedua, alih kelola WK West Madura Offshore (WMO) dari Kodeco kepada Pertamina (PHE WMO) tahun 2009, di mana saat itu dilakukan saat kontrak berakhir (terminasi). Keputusan pengalihan diambil pada saat terakhir, sehingga tidak terdapat masa transisi. Akibatnya, produksi sempat turun tajam sebelum akhirnya dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

“Kalau di migas, pada saat telat invetasi apalagi di lapangan berumur, maka penurunan produksi akan sangat tajam. Untuk mengembalikan produksi normal tidak mudah. Di WMO kita butuh 2 tahun untuk mengembalikan produksi,” ucap Syamsu.