Menurut Menkeu, sikapnya yang konservatif adalah demi mencapai anggaran yang ideal, yaitu anggaran yang terjamin keberlanjutannya.
“Mendagri bilang, Menkeu kok konservatif. Ternyata setelah duduk di Menkeu, itulah yang memang harus saya lakukan, konservatif. Karena saya harus menjamin keuangan negara ada keberlanjutannya, tidak ada gangguan besar,” kata Bambang, Jakarta, Rabu (29/4/2015).
Lebih lanjut Bambang mencontohkan bagaimana tidak konservatifnya Menteri Keungan di Yunani sehingga membuat negara tersebut kebingunan. Bambang mengatakan, pemerintah Yunani saat ini terbelit hutang yang harus dibayar dalam jumlah besar ke Dana Moneter Internasinoal dan Uni Eropa.
“Kenapa Yunani bisa utang besar? Karena di masa lalu pengelolaan anggaran di Yunani sangat longgar, sangat mudah untuk bisa melakukan spending. Defisit budget di Yunasi bisa 8 persen dari PDB. Dan untuk membiayai defisit tersebut, mereka dengan mudah mengeluarkan surat utang ke market,” jelas Bambang.
Bambang menuturkan, dalam perkembangannya Yunani mengalami masalah di pengelolaan ekonominya sehingga surat utang yang dikeluarkan menjadi tidak berharga lagi. Yunani menjurus pailit, dan membutuhkan pinjaman besar bahkan untuk menjalankan roda pemerintahan.
Setelah pemilu, partai yang radikal dengan bantuan asing menguasai pemerintahan dan menggeser partai yang selama ini kooperatif dengan IMF dan Uni Eropa. Kendati berganti, Bambang melanjutkan, pemerintah Yunani toh tidak lepas dari kewajiban membayar utang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.