Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perekonomian Jabar Alami Pertumbuhan Terendah sejak 2009

Kompas.com - 25/06/2015, 10:39 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com – Pertumbuhan perekonomian di Jabar pada triwulan I/2015 mengalami perlambatan. Pertumbuhan ini menjadi yang terendah dari 2009 lalu.

“Ini menjadi perlambatan terendah sejak realisasi PDRB (produk domestik regional bruto) 2009 lalu. Saat itu pertumbuhan ekonomi nasional turun dari sekitar 6 menjadi 4,2 persen. Dan kuartal I/2015 ini, pertumbuhan Jabar pun hanya 4,9 persen,” ujar Asisten Direktur-Kepala Tim Statistik Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jabar, Wahyu Ari Wibowo, di Bandung, Rabu (24/6/2015).

Perlambatan tersebut disebabkan mulai dari pengaruh ekonomi global, ekspor yang melambat, bahkan penyebab domestik pun cukup banyak. Misalnya realisasi belanja pemerintah yang masih terbatas, dan masih gampang goyahnya konsumsi rumah tangga.

“Keyakinan kelompok rumah tangga masih optimis, namun masih gampang goyah. Karena itu mereka cenderung prioritaskan yang utama seperti pendidikan dan menunda konsumsi,” tutur Wahyu.

Untuk realisasi belanja pemerintah sendiri, hingga triwulan I/2015 masih rendah, yakni baru 20 persen. Ia memperkirakan realisasi belanja pemerintah kemungkinan akan optimal di semester dua atau bahkan di ujung tahun anggaran.

Ia berharap, pemerintah mempercepat realisasi anggaran untuk membantu pertumbuhan ekonomi.  “Meski terjadi perlembatan, perekonomian di Jawa Barat baik-baik saja. Dalam enam bukan ke depan, perekonomian akan lebih bagus asalkan didukung beberapa faktor,” ucap Wahyu.

Untuk itu ia meminta pemerintah menjaga suhu politik, kemudian tidak ada inkonsistensi antar lembaga, penyerapan anggaran harus dioptimalkan, dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tidak menggoyahkan kepercayaan konsumen maupun investor.

“Jabar itu ekonomi terbesar ketiga di Indonesia. Karena itu harus dijaga,” tuturnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Kepala Perwakilan BI Jabar, Rosmaya Hadi menuturkan, perlambatan perekonomian Jabar pada triwulan I-2015 tercermin dari penurunan nilai indeks Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) serta aktivitas di sektor properti (Survei Ppkom dan SHRP).

Dalam SKDU, terlihat perlambatan dibanding triwulan IV-2014. Hal itu tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) triwulan I-2015 yang turun 12,53 persen,  lebih rendah dibanding triwulan IV-2014 sebesar 12,96 persen. “Dari sembilan sektor kegiatan usaha, perlambatan terutama terjadi pada sektor industri pengolahan, perdagangan hotel dan restoran (PHRI) pertambangan, dan bangunan,” ungkap Rosmaya.

Perlambatan tersebut berpengaruh terhadap penjualan properti residensial. Namun, di tengah perlambatan aktivitas perekonomian, persepsi keyakinan konsumen masih cukup positif. Hal ini tercermin dari indeks perjualan riil (IPR) Maret sebesar 228,8 meningkat dibanding IPR Februari 223,4. Begitupun dengan tingkat keyakinan konsumen yang mengalami peningkatan menjadi 115 atau berada di level optimis (>100).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com