Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Tahan BI Rate di Posisi 7,5 Persen

Kompas.com - 14/07/2015, 19:55 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -- Bank Indonesia menahan suku bunga acuan (BI Rate) di angka 7,50 persen, dengan suku bunga Deposit Facility atau penempatan rupiah oleh bank di BI sebesar 5,50 persen. Sementara,  Lending Facility atau penyediaan dana rupiah oleh BI kepada bank ada di level 8,00 persen. Keputusan ini diambil usai BI menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Selasa (14/7/2015).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengungkapkan bahwa keputusan tersebut untuk menjaga inflasi dan rupiah berada pada kisaran 4 plus minus 1 persen di tengah kecenderungan ekonomi global yang bias. "Bauran kebijakan Bank Indonesia secara konsisten tetap diarahkan pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi, di tengah berlanjutnya ketidakpastian ekonomi global, serta menjaga pertumbuhan ekonomi melalui implementasi kebijakan makroprudensial yang akomodatif," ujar Tirta dalam siaran pers Bank Indonesia.

BI menilai pertumbuhan ekonomi global saat ini masih memperlihatkan kecenderungan yang bias ke bawah dari perkiraan semula. Hal tersebut disebabkan perekonomian global masih diselimuti ketidakpastian.

Ekonomi AS misalnya. Pertumbuhan ekonomi negeri Uwak Sam saat ini tak setinggi perkiraan banyak orang. Menurut BI, isu kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) di AS masih membuat ketidakpastian yang terus berlanjut.

Secara umum, kemudian, BI menilai perekonomian AS diperkirakan akan lebih rendah dari proyeksi semula, didorong oleh realisasi triwulan I 2015 yang rendah serta pelemahan ekspor dan investasi.

Sedangkan, meski beberapa indikator moneter mulai memperlihatkan perbaikan, sejalan dengan berbagai kebijakan pelonggaran yang ditempuh, perekonomian Tiongkok masih melambat.

Sementara itu BI menilai ekonomi Eropa mulai membaik meski dirundung krisis Yunani. "Perekonomian dunia yang bias ke bawah berdampak pada masih menurunnya harga komoditas internasional, meskipun harga minyak dunia mulai meningkat secara gradual," kata Tirta.

Bahkan BI juga mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2015 diperkirakan masih terbatas dan baru akan kembali meningkat pada triwulan III 2015.

Pasalnya, konsumsi rumah tangga masih lemah, seiring dengan tingkat keyakinan konsumen yang menurun. Konsumsi yang lemah terindikasi dari penjualan kendaraan bermotor dan penjualan eceran yang masih menurun.

Selain itu, realisasi belanja pemerintah juga masih rendah, baik di pusat maupun daerah. Sejalan dengan itu, investasi diprakirakan masih tumbuh terbatas, seiring dengan realisasi infrastruktur yang belum secepat perkiraan serta investasi mesin dan alat angkut yang masih lemah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke Jastiper

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke Jastiper

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Whats New
Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com