Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Mentah Turun, PLN Turunkan Tarif Listrik Nonsubsidi

Kompas.com - 06/08/2015, 13:10 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — PT PLN (Persero) menetapkan bahwa tarif listrik komersial atau nonsubsidi pada Agustus 2015 mengalami sedikit penurunan dibandingkan Juli 2015 setelah selama empat bulan terakhir atau sejak April 2015 mengalami kenaikan.

Menurut siaran pers PLN di Jakarta, Kamis (6/8/2015), tarif listrik Agustus dibandingkan Juli 2015 mengalami penurunan sebesar Rp 1 per kilowatt hour (kWh) dikarenakan penurunan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia crude price (ICP).

Data PLN menunjukkan, ICP Juni 2015 sebagai patokan tarif listrik pada bulan Agustus 2015 tercatat 59,4 dollar AS per barrel atau mengalami penurunan dibandingkan Mei 2015 sebesar 61,86 dollar AS per barrel.

Namun, dua acuan lagi sebagai dasar penetapan tarif listrik, yakni nilai tukar rupiah, cenderung melemah terhadap dollar AS dari Mei 2015 di level 13.141 menjadi level 13.313 pada Juni 2015.

Sementara itu, inflasi pada bulan Juni 2015 berada di kisaran 0,54 persen atau naik dibandingkan Mei 2015 sebesar 0,50 persen.

Dengan kombinasi ketiga acuan tersebut, tarif listrik hanya turun Rp 1 per kWh.

Dengan demikian, pada Agustus ini, tarif golongan R-2 dengan daya 3.500 VA sampai 5.500 VA, R-3 dengan daya 6.600 VA ke atas, dan B-2 dengan daya 6.600 VA hingga 200 kilo Volt Ampere (kVA) ditetapkan pada Rp 1.547 per kWh atau turun Rp 1 per kWh dibandingkan Juli 2015 sebesar Rp 1.548 per kWh.

Kemudian, tarif golongan B-3 dengan daya di atas 200 kVA dan I-3 dengan daya di atas 200 kVA turun dari Rp 1.219 per kWh menjadi Rp 1.218 per kWh.

Sementara itu, tarif golongan I-4 dengan daya 30.000 kVA ke atas menurun dari Rp 1.087 per kWh menjadi Rp 1.086 per kWh.

Adapun tarif golongan R-I dengan daya 1.300 VA dan R-I daya 2.200 VA tidak mengalami perubahan, yakni tetap Rp 1.352 per kWh.

Demikian pula golongan pelanggan 450 VA dan 900 VA,  tarif tidak ada perubahan.

Per 1 Januari 2015, pemerintah menerapkan skema tarif penyesuaian bagi 10 golongan pelanggan listrik PLN setelah sebelumnya sejak Mei 2014 hanya berlaku pada empat golongan.

Dengan skema tersebut, maka tarif listrik mengalami fluktuasi, naik atau turun, tergantung pada tiga indikator, yakni ICP, kurs, dan inflasi.

Sebelumnya, selama empat bulan terakhir atau April, Mei, Juni, dan Juli 2015, tarif listrik golongan tersebut naik secara berturut-turut akibat kenaikan ICP dan pelemahan rupiah terhadap dollar AS. Pada periode September 2014-Maret 2015 atau selama tujuh bulan berturut-turut, tarif listrik turun karena ICP juga turun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com