Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom Percaya Rupiah Akan Kembali ke Level Rp 13.000 Per Dollar AS

Kompas.com - 02/09/2015, 20:10 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Tony Prasetiantono, menyakini rupiah akan rebound dan kembali ke level Rp 13.000-an per dollar AS. Pasalnya, Amerika Serikat (AS) diyakini tak akan senang apabila mata uangnya terus-terusan menguat.

"Jadi saya percaya proses itu akan terjadi, itu yang saya katakan ke Pak Jokowi kemarin. Pak Jokowi juga senang kayaknya. Ini analisis saya ya. Jadi ya dia bilang, 'Iya yah, itu nanti akan rebound'," ujar Tony di Jakarta, Rabu (2/9/2015).

Dia menjelaskan, kondisi tingginya permintaan dollar AS sehingga rupiah tertekan disebabkan oleh faktor kepanikan investor saat melihat kondisi ekonomi global yang tak pasti saat ini. Ada dua hal yang membuat investor panik. Pertama, devaluasi yuan dan ketidakjelasan The Fed menaikkan suku bunga acuan di AS.

Tony mengaku sudah melihat adanya tanda-tanda kejenuhan investor asing memegang dollar. Pasalnya, para investor tak menggunakan dollar AS yang ditarik tersebut untuk suatu keperluan yang jelas di tengah ketidakpastian ekonomi.

"Misal saya investor besar, terus saya punya saham di Jakarta, terus uangnya saya tarik dengan cara menjual saham, makanya harga saham di Jakarta kan jatuh. Terus uangnya cair. Mau saya apakan? Apakah cuma dipegang gini? Kan enggak," kata dia.

"Terus mestinya saya investasikan di tempat yang paling aman, di Amerika, di New York. Tapi kan bursa New York lama-lama capek juga, sudah naik 18.300, apa yang terjadi sekarang? turun ke 16.300, bahkan kapan itu pernah 15.800. Jadi, artinya, saya yakin orang pegang dollar, maksudnya orang pegang dollar itu seluruh dunia ya, bukan hanya saya, ya lama-lama capek juga," lanjut Tony.

Saat kondisi itu memuncak, Tony yakin para investor akan kembali ke Indonesia dan melepas dollar AS sehingga permintaan rupiah akan meningkat dan secara otomatis nilai tukar akan menguat.

Menurut Tony, AS juga tak akan suka dollar terlalu kuat karena turis tidak akan mau datang ke AS karena dianggap mahal. Selain itu, dari sisi perdagangan, ekspor dan impor juga akan terganggu. Barang impor asal Tiongkok diprediksi membeludak karena nilai tukar yuan justru sengaja diperlemah.

"Mangkanya, saya kok tidak percaya The Fed itu naikkan suku bunga ya, mereka bimbang. Di satu pihak sudah janji mau naik. Di sisi lain, kalau naik, ya dollarnya terlalu kuat, ekspornya enggak jalan, defisit makin besar, jadi makin bingung mereka," ucap Tony.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com