Hingga saat ini Indonesia masih mengimpor minyak mentah (crude) 500.000 barel per hari (bph) dan BBM sebanyak 500.000 bph. Menurut Rizal Ramli, akan lebih baik jika tangki penyimpanan dibangun sendiri oleh pemasok.
"Idenya bagus, tapi biayanya mahal sekali 2,4 miliar dollar AS, nyaris Rp 30 triliun. Pertanyaan kami, apa perlu Pertamina bangun itu?," kata Rizal di kantornya, Jakarta, Jumat (11/9/2015).
Rizal menuturkan, usulan Pertamina untuk membangun storage itu disampaikan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dalam rapat terbatas yang dihadiri Presiden RI Joko Widodo, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, para Menteri Koordinator, serta Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro.
Rizal menyampaikan, mengingat Indonesia masih mengimpor setengah juta barel crude dan setengah juta barel BBM per hari, maka semestinya pihak pemasoklah yang membangun storage.
"Jadi tidak perlu Pertamina melakukan pemborosan dengan membangun ini," pungkas Rizal.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said ditemui di gedung DPR, mengatakan, proyek tersebut bukan berarti dibatalkan. Hanya saja, skemanya diperluas, dengan kata lain tidak semata-mata digarap oleh Pertamina.
"Pertamina bangun, swasta juga bangun. Bahkan mungkin di beberapa tempat dimungkinkan kerjasama Pertamina dengan swasta," ucap Sudirman, Rabu (9/9/2015).
Kendati begitu, dia lalu menjelaskan pemerintah akan mendorong para pemasok crude dan BBM untuk membangun storage di Indonesia. "Tapi kan tetap harus ada stock yang dikontrol sendiri. Jadi intinya dari sekarang 21 harian menuju 30 hari itu harus urusan Pertamina," tegas Sudirman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.