Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Layanan BPJS Kesehatan yang Kurang Maksimal?

Kompas.com - 09/10/2015, 05:42 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Membengkaknya minat masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan membuat BPJS Kesehatan kewalahan dalam menangani lonjakan peserta.

Praktisi asuransi Kemal Imam Santoso menyatakan meskipun iuran yang dibayarkan jauh lebih murah ketimbang asuransi komersial, namun harga sebenarnya yang harus dibayar peserta BPJS Kesehatan adalah ketidaknyamanan dan rendahnya kwalitas layanan.

Selain itu, pemberi kerja kerapkali harus memberikan izin lebih lama bagi karyawannya untuk berobat lantaran harus mengantre. Akibatnya produktifitas karyawan menurun.

"Secara umum coverage yang diberikan oleh BPJS Kesehatan jauh lebih baik dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh asuransi komersial pada umumnya. Namun coverage yang dijanjikan itu sulit untuk didapatkan peserta," ujarnya Kamis (8/10/2015).

Menurut Kemal, sulitnya peserta mendapatkan pelayanan yang memadai lantaran besarnya permintaan yang tidak diimbangi oleh supply, utamanya provider Faskes tingkat I. Hal ini terjadi karena adanya kebijakan credentialing atau standardisasi yang terlalu ketat terhadap provider kesehatan kelas I.

Atas kebijakan itu, banyak klinik maupun provider kesehatan Faskes I lainnya yang tidak memenuhi ketentuan. Padahal keberadaan Faskes tingkat I perlu diperbanyak untuk mengimbangi membludaknya peserta.

Atas kondisi itu, Kemal yang juga mantan Direktur PT Askes menyarankan agar secara terbuka BPJS Kesehatan mengundang berbagai pihak untuk bekerjasama sebagai provider Faskes tingkat I sepanjang mereka dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan.

"Selain itu BPJS Kesehatan secara terbuka harus mengkomunikasikan besaran biaya kapitasi kepada publik, sehingga dapat meningkatkan minat semua pihak menjalin kerjasama menjadi Faskes tingkat I," kata Kemal.

Saran lainnya adalah meningkatkan kecepatan proses credentialing sehingga supply Faskes tingkat I akan meningkat secara signifikan dan kenyamanan peserta bisa meningkat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Perdagangan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Perdagangan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com