Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Salesman, Kini Daropi Juragan Kursi Kantor Beromzet Miliaran

Kompas.com - 25/12/2015, 10:00 WIB

KOMPAS.com - Bekerja sebagai tenaga penjual selama 11 tahun membuat Daropi Alex paham betul cara menjual dan memasarkan suatu produk. Mulai dari menawarkan kartu kredit, pendiri PT Alexis Cipta Furnitama ini lantas merintis karier sebagai salesman di perusahaan distributor peralatan dan perlengkapan kantor. Hingga akhirnya Alex berani memproduksi sendiri dan menghasilkan omzet belasan miliar.

Pada 1995, Alex pertama kali menjadi salesman. Dia menawarkan kartu kredit dari berbagai bank. “Saya datang ke pusat keramaian dan kompleks perumahan door to door,” kenang dia.

Di tahun 1996, lulusan sarjana ekonomi UPI YAI ini beralih menjadi sales distributor peralatan dan perlengkapan kantor Datascript. Alex mulai menjual kebutuhan kantor seperti over head projector (OHP), layar, hingga kursi dan furnitur perkantoran.

Berbeda dengan kartu kredit yang langsung ditawarkan ke konsumen perorangan, Alex harus belajar soal penawaran barang ke perusahaan besar. Seluk-beluk lelang proyek pun harus dia kuasai.

“Meski gaji pertama saya Rp 450.000 per bulan, saya bisa belajar mandiri dan berwirausaha dari perusahaan ini,” ujar dia.

Baru di tahun ke-10, Alex mendapatkan proyek besar.  Dia ingat betul, pada 2006, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) sedang melakukan modernisasi sejumlah kantornya.

Saat itu, dia mendapat delapan proyek modernisasi KPP dengan nilai per proyek sebesar Rp 1,6 miliar. Proyek inilah yang menyulut keberaniannya untuk merintis usaha sendiri.

“Saya mulai jalankan bisnis sendiri sembari bekerja. Jadi seperti dua kaki,” ujarnya.

Alex melakoninya lantaran dari pekerjaannya saat itu, ia bisa belajar tentang banyak hal. Salah satunya, soal bahan baku dan pembuatan peralatan kantor, seperti meja dan kursi. Inilah yang lantas menerbitkan idenya untuk merintis usaha pembuatan perabot perkantoran pada 2007.

Ia mengawali produksinya dari sebuah rumah sewa di kawasan Cileungsi, Bogor dengan merekrut 20 pekerja. Dia mengaku tak membutuhkan banyak modal untuk memutar roda usahanya.

“Modal bikin perusahaan hanya Rp 7 juta. Untuk alat dan bahan baku, saya dipinjami teman, jadi setelah proyek selesai baru dibayar,” tuturnya.

Gagal pembawa berkah
Namun, kelihaian berbisnis memang belum sepenuhnya dikuasai Alex. Sebagai pengusaha baru, dia cukup terkejut karena kondisi pengelolaan keuangan sangat berbeda dengan saat dia menjadi karyawan.

“Pengusaha butuh dana untuk beli bahan baku dan bayar pekerja,” tutur Alex.

Saat itu, dia lupa tidak menganggarkan dana untuk kelanjutan usaha. “Duit menang proyek di KPP justru saya gunakan untuk membeli mobil dan uang muka rumah,” kenang dia.

Karena ketiadaan dana segar untuk operasional, bisnisnya sempat berhenti selama tiga bulan. Karyawan pun tidak dipekerjakan kembali. “Ini menjadi titik rendah dalam usaha saya. Saat itu saya stres. Ingin menjual mobil tapi dilarang istri,” paparnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com