JAKARTA, KOMPAS.com - Rupiah keok pada perdagangan awal tahun 2016. Tekanan terhadap rupiah disinyalir berlanjut, karena efek memburuknya ekonomi China dan ekspektasi penurunan suku bunga Bank Indonesia alias BI rate.
Senin (4/1/2016), di pasar spot, rupiah melemah 0,82 persen ke Rp 13.943 per dollar AS. Kurs tengah BI mencatat, rupiah terdepresiasi 0,74 persen, menjadi Rp 13.898 per dollar AS.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto menyebut, meski inflasi Desember naik, inflasi tahunan masih sesuai target BI.
"Pasar menilai, sudah saatnya BI memangkas suku bunga. Ekspektasi ini melemahkan rupiah," ujarnya.
Sementara Research and Analyst Monex Investindo Futures, Agus Chandra mengatakan, sebagai mata uang kawasan Asia, rupiah juga terimbas memburuknya perekonomian China.
Agus memprediksi, pelemahan rupiah berlanjut hari ini (5/1/2015). Apalagi, dollar berpeluang mendapat sokongan data ekonomi. Prediksinya, rupiah bergulir antara Rp 13.700- Rp 14.000 per dollar AS.
Rully sependapat, ekspektasi pemangkasan BI rate dan efek China bakal menganggu iklim investasi Indonesia. Dus, rupiah bakal tertekan. Hari ini, rupiah diproyeksikan antara Rp 13.815-Rp 13.900 per dollar AS. (Namira Daufina)