Artinya terjadi percepatan geliat ekonomi pada triwulan IV 2015 dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya.
Namun, jika dilihat secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus melambat.
Mengacu catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 sebesar 4,79 persen merupakan yang terendah enam tahun terakhir.
Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Enny Sri Hartati, perlambatan ekonomi sebenarnya tidak hanya dialami Indonesia.
Lesunya perekonomian global pada beberapa tahun terakhir membuat pertumbuhan ekonomi banyak negara melambat.
“Cuma, pertumbuhan ekonomi Indonesia terlalu jauh di bawah potensinya. Harusnya bisa di kisaran 5 persen,” kata Enny kepada kompas.com, Minggu (7/2/2016).
Enny mengatakan, penyebab utama perlambatan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 adalah anjloknya konsumsi rumah tangga.
Sepanjang 2015, konsumsi rumah tangga hanya mampu tumbuh 4,96 persen.
Angka tersebut lebih rendah dibanding dua tahun sebelumnya, yang mencapai 5,43 di tahun 2013 dan 5,16 pada tahun 2014.
“Biasanya konsumsi rumah tangga kan tumbuhnya di atas 5 persen," ujar Enny.
Anjloknya konsumsi rumah tangga, kata Enny tidak terlepas dari kenaikan harga pangan.
Mahalnya harga pangan membuat masyarakat mengerem belanjanya.
Padahal 50 - 60 persen masyarakat adalah golongan menengah ke bawah yang kemampuan konsumsinya atau daya belinya sangat rentan terhadap fluktuasi harga pangan.
“Total inflasi tahun 2015 memang hanya 3,35 persen. Namun, inflasi makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 6,42 persen, serta inflasi bahan makanan 4,93 persen,” kata Enny lagi.