Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asosiasi Produsen Tepung Minta Kejelasan soal Pelonjakan Impor Gandum

Kompas.com - 21/02/2016, 16:07 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) mengaku terkejut terkait melonjaknya impor gandum pada Januar 2016 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan data Badan Pusat Statisik (BPS) impor gandum pada Januari 2016 dibanding Januari 2015 (yoy)  yang melonjak tajam sebesar 86,35 persen.

Ketua Aptindo Franciscus Welirang menyatakan, pihaknya kaget karena disimpulkan yang melonjak drastis adalah impor gandum untuk konsumsi terigu untuk makanan dan minuman.

Oleh karena itu, sebut dia, perlu diluruskan dan diperjelas oleh BPS, mengenai penyebab melonjaknya impor gandum Januari 2016 dibanding Januari 2015.

Franciscus yang akrab disapa Franky Welirang menyebutkan, kenaikan konsumsi terigu nasional pada Januari 2016 dibanding Januari 2015 hanya sebesar 3,8  persen atau sekitar 475.500 metrik ton (MT).

"Jadi mustahil kenaikan impor gandum tersebut untuk konsumsi terigu atau makanan berupa roti dan mi serta makanan lainnya berbasis tepung terigu,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.

Menurut dia, impor gandum nasional dari tahun 2014 ke 2015 justru menurun 0,3 persen. Penurunan yang sama juga terjadi pada konsumsi terigu nasional dari 2014 ke 2015 yakni  2,2 persen.

Franky mengatakan, berdasarkan data Aptindo, peningkatan impor gandum tersebut adalah untuk kebutuhan industri pakan ternak.

Kesimpulan tersebut diperkuat dengan informasi dari beberapa anggota di bawah naungan Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), bahwa lonjakan impor gandum yang dimaksud oleh BPS sebenarnya adalah dampak dari dibatasinya keran impor jagung oleh Pemerintah.

“Akibatnya harga  jagung semakin mahal dan langka, sehingga industri pakan ternak beralih ke bahan baku yang lebih murah dalam hal ini gandum. Inilah yang perlu diluruskan dan diperjelas oleh BPS, agar jangan sampai menyesatkan sehingga muncul imbauan dalam pemberitaan yang lalu agar mengurangi konsumsi mie, roti, dan bahan makanan lainnya berbasis terigu,” ucap dia.

Franky menambahkan, pada periode Oktober, November dan Desember   2015, ada kenaikan impor gandum oleh industri pakan ternak masing-masing sebesar 616,8 persen, 659,1 persen, dan 84,8 persen.

Sementara itu, impor gandum oleh industri pakan ternak dari 2014-2015, mengalami kenaikan sebesar 3.080,9 persen (yoy).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com