Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berapa Orang Beroleh Bagian dari Praktik Ekonomi Berbagi?

Kompas.com - 16/04/2016, 07:30 WIB

Tim Redaksi

KOMPAS.com - "If you share an economy, how many people get a slice?"

Judul menohok itu dipampang di layar besar salah satu ruangan konferensi Tech in Asia Singapore 2016 di Suntec City Convention Centre, Singapura, Selasa (12/4/2016).

Judul tersebut merupakan tema sesi panel diskusi di hari pertama penyeleggaraan konferensi teknologi yang dilangsungkan selama dua hari.

Dua orang pembicara yakni Joel Neoh, pendiri KFit dan Head of Grab Singapore, Lim Kell Jay menjadi pembicara dalam sesi tersebut. Keduanya dipancing dengan sejumlah pertanyaan yang diajukan Josh Horwitz, koresponden Quartz untuk wilayah Asia.

Josh membuka sesi tersebut dengan pertanyaan seputar terminologi “sharing economy,” terkait dengan kegunaannya untuk mewakili praktik kolaboratif dalam aktivitas ekonomi. Konektivitas pelanggan, preposisi nilai, utilisasi pengguna menjadi konsep-konsep yang kemudian merujuk pada pertanyaan gugatan tersebut.

Jay menambahkan, pada awalnya Grab didirikan karena terdapat persoalan keamanan saat hendak menggunakan jasa taksi di Malaysia. Sementara di sisi lain terdapat banyak mobil pribadi yang relative tidak terpakai dan bisa dipergunakan untuk memenuhi permintaan layanan jasa transportasi dari satu titik ke titik lain.

Operasional praktik bisnis dengan konsep “sharing economy” tersebut berada pada wilayah abu-abu di sejumlah lokasi. Sejumlah kepentingan lain mesti dilindungi, menyusul perubahan fundamental yang terjadi dari sisi praktik dan pendapatan yang diterima oleh orang-orang yang terlibat dan tidak terlibat di dalamnya.

Karena itulah, imbuh Jay, pihaknya fokus untuk melakukan restrukturisasi dengan menempatkan orang-orang terbaik guna mengoptimalkan pendapatan. Ini menyusul tingkat permintaan layanan jasa transportasi dari titik satu ke titik lain yang sangat besar.

Sementara menurut Neoh, praktik “sharing economy” dengan tuntutan relatif ketat jika ditilik dari aspek bisnis seperti terjadi pada bidang transportasi manusia dan transportasi makanan.

Ia menambahkan, kondisi pada praktik bisnis dengan konsep “sharing economy” lainnya cenderung tidak seketat itu. KFit merupakan pelantar yang menghubungkan ribuan pusat-pusat kebugaran dengan para penggunanya di kawasan Asia Pasifik.

Pengembangan model bisnis dan lokalisasi berikut pembicaraan menyeluruh dengan para investor tentang ukuran pasar, membuat pelantar KFit tumbuh cukup signifikan.

Neoh menuturkan, saat ini terdapat 15 ribu pusat kebugaran di Korea dn 3 ribu pusat kebugaran di Singapura yang terhubung di dalamnya.

Neoh pada bagian akhir sesi panel diskusi tersebut sebagian menyimpulkan tentang solusi “win-win” yang bisa diberikan dari konten aktivitas ekonomi dengan konsep tersebut.

“Sharing Economy”

Model “sharing economy” bisa ditilik sejarahnya tatkala krisis ekonomi menghantam Amerika Serikat pada 2008 lalu dan membuat orang-orang mempertanyakan tentang kapitalisme.

Ellyn E. Erving pada 2014 menulis tesis yang berjudul The Sharing Economy: Exploring the Intersection of Collaborative Consumption and Capitalism yang sebagian berisi kritik pada praktik “sharing economy.”

Erving menyebutkan, kegiatan ekonomi cenderung bakal terancam jika semua orang memenuhi kebutuhannya dengan saling memanfaatkan sumber daya tidak terpakai.

Pasalnya, kegiatan produksi dan konsumsi cenderung tidak berjalan. Motif sejumlah perusahaan yang menggunakan konsep ekonomi berbagi dengan model “collaborative consumption” juga digugat oleh Erving.

Menurut Erving, model bisnis tersebut cenderung mengeksploitasi tenaga kerja dan memelintir fakta, sebagian dilakukan dengan penggunaan istilah terselubung seperti "micro-entrepreneurs” dalam menyebut pengendara Lyft, sebuah pelantar aplikasi mirip Uber. (2014:42).

Kompas TV Potensi Sharing Economy Berbentuk Jasa â?? Ultimate U eps 13 bagian 4
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com