Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CORE: Kendala Ekspor di Luar Hambatan Tarif Lebih Banyak

Kompas.com - 18/05/2016, 15:51 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, sebenarnya jika dibandingkan dengan Vietnam, tarif rate 20 produk andalan ekspor ke pasar Amerika Serikat hampir sama.

Tetapi, yang menarik ternyata pangsa pasar Vietnam di Amerika Serikat lebih besar dibandingkan Indonesia.

Demikian juga dengan pertumbuhan ekspor produk Vietnam ke Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan Indonesia.

"Misalnya rate untuk udang segar sudah sama hampir nol, Indonesia nol, Vietnam 0,4 persen. Alas kaki dari kulit sama-sama 6,1 persen, minyak sawit nol, alas kaki dari karet atau plastik 23 persen, pakaian jersey, pullover, waistcoat sama 12,5 persen," kata Faisal dalam diskusi di Jakarta, Rabu (18/5/2016).

Tetapi meski rate-nya sama, pangsa pasar Vietnam di Amerika Serikat lebih besar.

Misalnya alas kaki dari kulit Vietnam menguasai kue pasar impor Amerika Serikat sebesar 15,2 persen, sedangkan Indonesia hanya 5,2 persen, pada 2015 berdasarkan data UNComtrade.

Contoh lain, pakaian jersey, pullover, waistcoat dari Vietnam menguasai 13,7 persen pasar impor Amerika Serikat. Sedangkan Indonesia hanya mendapatkan kue 6,6 persen, padahal rate-nya sama 12,5 persen.

Data UNComtrade juga menunjukkan, rata-rata pertumbuhan ekspor pakaian jersey, pullover, waistcoat dari Vietnam 2011-2015 mencapai 11 persen per tahun.

Sementara itu, pada periode sama, pertumbuhan ekspor pakaian jersey, pullover, waistcoat dari Indonesia justru minus 4 persen.

Contoh lain, disampaikan Faisal, sepanjang 2011-2015 rata-rata pertumbuhan ekspor alas kaki dari kulit Vietnam mencapai 21 persen per tahun.

Sementara rata-rata pertumbuhan ekspor Indonesia hanya 8 persen per tahun.

"Ternyata, kendala utama ekspor lebih banyak di luar trade barriers," ucap Faisal.

Beberapa kendala itu antara lain, biaya energi, biaya logistik, dan upah buruh yang tinggi, serta kepastian hukum dan kendala birokrasi.

Sementara itu, menurut Ketua Asosiasi Perusahaan Sepatu, Anton Supit, tarif untuk beberapa produk memang hampir sama.

Akan tetapi, untuk produk-produk lain, perbedaan tarif satu persen pun akan membuat buyers berpindah.

Atas dasar itu, menurut Anton lebih baik Indonesia bergabung dengan Trans-Pacific Partnership (TPP) daripada tidak mendapat benefit tarif rendah.

"Kalau tidak ikut, kita tidak akan bisa bersaing," pungkas Anton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com