Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Universitas Inggris Kelimpungan Cari Sumber Pendanaan Riset Akademik

Kompas.com - 05/07/2016, 19:42 WIB

LONDON, KOMPAS.com - Langkah Inggris yang memilih keluar dari Uni Eropa menyisakan berbagai masalah. Salah satunya terkait sumber pendanaan perguruan tinggi di negara tersebut.

Sebelum referendum 23 Juni 2016 silam, mayoritas pimpinan universitas di Inggris telah mengeluarkan pernyataan ingin tetap bergabung dengan Uni Eropa.

Begitu hasil referendum menunjukkan bahwa negara itu keluar dari Uni Eropa, berbagai universitas berusaha menenangkan para mahasiswa dan calon mahasiswa dari luar Inggris bahwa tidak ada perubahan kebijakan apapun untuk saat ini. Hal ini lantaran proses "perceraian" dengan Uni Eropa butuh waktu sekitar 2 tahun.

Akan tetapi dalam jangka panjang, berbagai universitas Inggris menyatakan khawatir dengan pendanaan yang didapat, daya tarik terhadap mahasiswa asing, serta menurunnya gengsi.

"Saya tertarik dengan nilai-nilai Eropa," ujar Bettina Sakiotis, (17) pelajar asal Yunani yang tinggal di Luxembourg sebagaimana dikutip dari AFP, Selasa (5/7/2016).

Dia sebelumnya telah mendapatkan tawaran masuk dari dua universitas di Inggris sejak Oktober lalu. "Voting lepasnya Inggris dari Uni Eropa menyuadarkan saya bahwa kami sudah tidak dalam satu kesepahaman," lanjut dia.

Setelah referendum, dia mempertimbangkan untuk mengambil studi Bocconi University di Milan, Italia. Pada akhirnya dia memutuskan untuk tetap memilih universitas di Inggris, namun dia masih ragu-ragu.

"Saya pikir Brexit akan membawa dampak politik yang serius. Inggris mengisolasi dirinya sendiri," ujar dia.

Berbagai universitas di Inggris hingga saat ini belum mengetahui apakah hasil referendum akan berdampak terhadap pendaftaran mahasiswa tahun depan. 

Saat kampanye mengenai Brexit, dampak terhadap pendidikan tinggi tidak menjadi isu besar. Sebaliknya, yang muncul adalah wacana bahwa dana yang dibayarkan Inggris ke Uni Eropa bisa dimanfaatkan untuk keperluan apapun di Inggris, termasuk penelitian ilmiah.

Berbagai universitas di Inggris menyatakan memperoleh dana hibah lebih dari 836 juta pound sterling (1,11 miliar dollar AS) dari Uni Eropa pada rentang 2014-2015.

Dana hibah tersebut mampu menyerap tenaga kerja hingga 19.000 orang di Inggris dan mampu berkontribusi hingga 1,86 miliar pound sterling bagi ekonomi Inggris.

"Lebih dari 60 dana riset di Inggris berasal dari negara Uni Eropa," jelas asosiasi universitas di Inggris. "Hal ini tumbuh lebih cepat ketimbang riset bersama."

Salah satu yang menjadi perhatian adalah partisipasi Inggris dalam beasiswa Erasmus serta program lainnya yang membiayai pertukaran pelajar dan guru di jenjang perguruan tinggi.

Pada rentang 2013-2014, lebih dari 27.000 mahasiswa dari negara anggota Uni Eropa belajar ke Inggris dengan difasilitasi beasiswa Erasmus, termasuk juga 3.500 staf perguruan tinggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com