Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontraktor Migas Blak-blakan Hal yang Bikin Boros di Kegiatan Produksi

Kompas.com - 06/10/2016, 07:33 WIB
Estu Suryowati

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Permintaan Presiden Joko Widodo agar harga gas untuk industri di Indonesia bisa maksimal enam dollar AS per million metric british thermal unit (MMBTU) ditanggapi positif oleh sejumlah kontraktor minyak dan gas bumi (migas).

PT Pertamina (Persero) serta PT Saka Energi Indonesia adalah dua kontraktor yang mengklaim sudah menjual gasnya dengan harga kompetitif, bahkan di bawah enam dollar AS per MMBTU.

Namun, Chief Executive Officer (CEO) Saka Tumbur Parlindungan menyampaikan masih ada beberapa hal yang membuat kegiatan produksi tidak efisien sehingga harga gas kurang kompetitif.

Ketika ditanya apa yang membuat kegiatan produksi migas boros, Tumbur hanya menjawab singkat. "Luxury life. Anda lihat saja ini hotel," kata Tumbur saat ditemui di acara Human Resources Summit ke-8, di Bandung, Jawa Barat, Rabu (5/10/2016).

Acara yang digelar oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan sejumlah kontraktor migas itu memang dihelat di sebuah hotel berbintang lima, di Jalan Gatot Subroto, Bandung, Jawa Barat.

Selain gaya hidup mewah, Tumbur menuturkan yang membuat kegiatan hulu migas mahal adalah biaya 'service company' atau jasa pendukung.

Tumbur berharap biaya 'service company' bisa turun seiring dengan rendahnya harga minyak mentah dunia.

"Dulu harga minyak mentah 15 dollar AS per barel, jalan (produksi) juga tuh perusahaan migas. Sebab jasa pendukung juga harganya di bawah itu," kata Tumbur.

Harga kompetitif

Soal permintaan Presiden, Tumbur mengungkapkan sebenarnya harga gas dari lapangan Pangkah milik Saka untuk Pembangkitan Jawa Bali (PJB) PLN sudah di bawah enam dollar AS per MMBTU.

Saka mengalirkan 50 MMBTU per hari untuk PJB PLN hingga 2026 mendatang. Lapangan Pangkah yang ada di Madura Jawa Timur ini merupakan lapangan migas laut dangkal.

Menurut Tumbur, perusahaan akan mendapatkan margin gas lebih besar apabila bisa efisien.

"Yang dibeli PLN itu di bawah enam dollar AS, karena langsung. Tetapi masalah di hulu ini kan banyak. Teman-teman tahu lah apa itu karena trader atau apa, tapi saya tidak tahu," ucap Tumbur.

Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, perseroan tengah menghitung semua elemen yang bisa membuat harga gas menjadi maksimal enam dollar per MMBTU.

Namun, ia mengatakan Pertamina melalui anak usahanya Pertagas Niaga juga sudah melakukan banyak pengurangan harga, seperti gas dari Arun-Belawan.

"Jadi, Pertagas Niaga itu sudah menurunkan margin gasnya satu dollar AS per MMBTU," ucap Wianda. "Jadi kami potong margin gas Pertagas Niaga itu satu dollar per MMBTU. Artinya, kami tidak hanya bicara, tetapi memberikan bukti."

Wianda berharap tidak hanya kontraktor saja yang dipaksa untuk mencari cara agar harga gas menjadi kompetitif. "Nah sekarang ya sama-sama kita duduk sama pelaku usaha lain. Karena kan yang menentukan toll fee dari BPH Migas. Ada juga pajak di sana," kata Wianda.

Kompas TV Komitmen Investasi Meroket Hingga 167%

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com