Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Faktor Domestik Ini Pengaruhi Ekonomi Indonesia di 2017

Kompas.com - 15/12/2016, 17:08 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bambang PS Brodjonegoro, mantan Menteri Keuangan yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), mengatakan ada dua faktor domestik yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2017.

Dalam paparannya pada diskusi yang diselenggarakan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), di Jakarta, Kamis (15/12/2016), Bambang mengatakan dua faktor tersebut adalah faktor sektor swasta dan pemerintah.

Pada sektor swasta, masalah utama di sektor ini adalah rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) serta pertumbuhan kredit yang rendah.

"Ini mungkin pertama kalinya (di 2017) pertumbuhan kredit tahunan di bawah 10 persen," kata Bambang.

Dia menjelaskan, pada era booming komoditas pertumbuhan kredit Indonesia bisa mencapai di atas 20 persen. Namun jika kemudian tumbuh di bawah 10 persen, artinya ada kekhawatiran swasta terhadap prospek pertumbuhan ekonomi.

"Kendati indeks tendensi bisnis masih positif," lanjut Bambang.

Penyerapan Anggaran

Risiko domestik yang datang dari pemerintah salah satunya adalah masalah anggaran. Menurut Bambang, idealnya pencairan anggaran lebih merata tiap kuartal 25 persen.

Namun tentu saja dalam realisasinya hal tersebut kemungkinan kecil terjadi. Padahal, ada korelasi antara penyerapan anggaran dan pertumbuhan ekonomi.

Terkait penyerapan anggaran ini, Bappenas telah membuat simulasi tiga skenario. Pertama, apabila mengikuti pola ideal, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai baseline 5,1 persen hingga 5,3 persen.

Skenario kedua, apabila terjadi penumpukan anggaran di semester kedua maka pertumbuhan ekonomi akan melambah 0,15 persen dari baseline.

Sedangkan skenario ketiga, lebih buruk lagi, apabila penyerapan anggaran menumpuk di kuartal terakhir maka pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah 0,47 persen dari baseline.

"Kementerian Keuangan harus sadar dampak dari anggaran, bukan hanya besarannya, tetapi juga alokasinya dan timing penyerapannya. Jadi, penyerapan pun punya dampak terhadap pertumbuhan," imbuh Bambang.

Lebih lanjut, dia mencontohkan apa yang telah dilakukan pemerintah tahun lalu dengan menarik utang lebih awal (prefunding) global bonds dollar.

Prefunding itu ditujukan agar pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2016 tidak terlalu rendah. Bahkan  pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2016 sebesar 5,18 persen merupakan yang tertinggi selama pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

"Itu sebagian karena penyerapan anggaran yang lebih besar dan lebih cepat," ucap Bambang.

Kompas TV Bank Dunia Optimis Dengan Ekonomi RI 2017

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com