Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkat Komitmen OPEC Pangkas Produksi Minyak Mencapai 80 Persen

Kompas.com - 04/01/2017, 13:15 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

NEW YORK, KOMPAS.com - Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah mengalami tiga tahun "masa suram" karena harga minyak terus mengalami penurunan dan pemangkasan investasi pada fasilitas pengeboran dan perlengkapan tambang minyak.

Namun, analis memprediksi OPEC akan kembali pada situasi yang relevan.

Pada akhir tahun 2016 lalu, OPEC dan beberapa negara produsen minyak utama non-OPEC sepakat untuk bersama-sama memangkas produksi minyak sekira 1,8 juta barrel per hari.

Perjanjian ini berlaku efektif pada 1 Januai 2017.

Analis minyak Energy Aspects Virendra Chauhan menyatakan, dirinya mengekspektasikan 80 persen tingkat kepatuhan tehadap kesepakatan tersebut.

Mengutip CNBC, Rabu (4/1/2017), Chauhan memprediksi Rusia akan menepati janjinya untuk memangkas produksi karena negara itu butuh harga energi meningkat.

"Akan ada dampak terhadap pasokan," ujar Chauhan. Ia pun menyatakan, peningkatan harga minyak akan membantu produksi minyak serpih atau shale oil AS.

Chauhan memprediksi akan ada peningkatan produksi minyak serpih AS sebesar 350.000 barrel per hari.

Namun demikian, sangat jauh perbedaan produksi antara negara-negara produsen minyak non-OPEC dan produksi minyak serpih AS.

Produksi negara-negara non-OPEC mencapai 55 juta barrel per hari, sementara produksi minyak serpih AS cuma sekitar 4 juta hingga 4,5 juta barrel per hari.

Sejak pertengahan tahun 2014, harga minyak dunia sudah merosot sekira 70 persen. Namun, kini harga minyak mulai kembali bangkit hingga mencapai kisaran 50 persen.

Pada Selasa (3/1/2017) waktu setempat, acuan harga minyak AS West Texas Intermediate (WTI) bergerak pada kisaran 54 dollar AS per barrel, sementara acuan harga minyak Brent berada pada kisaran 57 dollar AS per barrel.

Kedua acuan harga tersebut sudah menguat 20 persen dibandingkan tahun lalu.

"Meskipun dalam beberapa waktu terakhir dollar AS menguat, yang biasanya menekan harga minyak di pasar internasional yang didominasi dollar AS, namun dampaknya cenderung akan terbatas," jelas Chauhan.

Kompas TV Harga Minyak Dunia Bergejolak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com