Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Volatilitas Baru Jelang Kenaikan Suku Bunga AS

Kompas.com - 20/02/2017, 14:15 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Pekan lalu, gubernur bank sentral AS Federal Reserve Janet Yellen dalam pernyataannya memberikan sinyal agresif terkait kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate.

Menurut Yellen, bukan hal yang baik untuk menunda kenaikan FFR karena laju pertumbuhan ekonomi dan inflasi di AS sudah menuju target yang dipatok The Fed.

Selain itu, The Fed pun menargetkan kemungkinan tiga kali kenaikan FFR pada tahun 2017 ini.

Meskipun demikian, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Yoga Affandi menyatakan, banyak pelaku pasar masih memperkirakan kenaikan FFR sebanyak dua kali pada tahun ini.

“BI memperkirakan dua kali kenaikan, itu sudah masuk ke dalam hitungan,” ujar Yoga pada acara Pelatihan Wartawan Ekonomi Bank Indonesia di Bandung, Sabtu (18/2/2017).

Yoga menuturkan, berdasarkan poling yang dilakukan terhadap para ekonom oleh Bloomberg, probabilitas kenaikan FFR pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan Mei 2017 mendatang mencapai 48 persen per 16 Februari.

Adapun 56 persen ekonom memasang probabilitas FFR tetap 0,5 hingga 0,75 persen pada pertemuan FOMC Maret 2017 mendatang.

Menurut Yoga, probabilitas tersebut bercermin dari pernyataan Yellen yang dianggap cukup hawkish atau agresif.

Beberapa pernyataan Yellen yang menarik disimak antara lain berlanjutnya penguatan pada pasar tenaga kerja dan kegiatan ekonomi terus meningkat dalam laju yang moderat.

Ia mengungkapkan, meski kenaikan FFR sudah diperhitungkan, namun dampaknya harus tetap diwaspadai.

Dalam jangka pendek, kenaikan FFR bisa mendorong volatilitas. “Ini harus kita terima sebagai kenyataan baru, yakni volatilitas tinggi,” tutur Yoga.

Sebelumnya, Gubernur BI Agus DW Martowardojo menyatakan, apabila FFR meningkat, maka dampaknya adalah investasi dalam dollar AS menjadi menarik. Akibatnya, investasi yang tadinya ditanamkan di negara-negara berkembang akan kembali ke AS.

Meskipun begitu, Agus menyatakan Indonesia tidak perlu khawatir. Pasalnya, pandangan dunia terhadap Indonesia cenderung positif.

Agus menyatakan, Indonesia merupakan satu dari tiga negara berkembang atau emerging countries yang dianggap baik untuk investasi.

"Kami harapkan pertumbuhan ekonomi bisa terjaga dengan baik dan itu kunci utama kita merespon kondisi yang berkembang," tutur Agus.

Kompas TV The Fed Naikkan Bunga?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com