Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Wajib Pajak yang Hidup Tenang Ada yang Gelisah, Anda Masuk Mana?

Kompas.com - 02/03/2017, 19:15 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasca pelaksanaan program amnesti pajak atau tax amnesty pada 31 Maret 2017 mendatang, Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan membagi wajib pajak menjadi dua kelompok. Apa saja?

Direktur Pelayanan dan Penyuluhan (P2) Humas Ditjen Pajak Hestu Yoga Saksama menuturkan, kelompok pertama yakni wajib pajak yang bisa hidup tenang.

"Kedua, wajib pajak yang dalam istilah Presiden itu, (harus) hati-hati," ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (1/3/2017).

Ia menuturkan, wajib pajak yang masuk ke dalam kelompok pertama ada tiga.

Pertama wajib pajak yang penghasilannya di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Rp 4,5 juta per bulan.

Kedua, wajib pajak yang masuk kelompok pertama adalah wajib pajak yang sudah patuh membayar pajak dan melaporkan semua hartanya kepada negara.

Ketiga, wajib pajak yang belum patuh, namun sudah memanfaatkan tax amnesty.

"Ikut amnesti pajak, mendeklarasikan asetnya, bayar uang tebusan, dapat surat keterangan, clear. Nah yang seperti ini bisa hidup dengan tenang," kata Hestu.

Sementara itu di kelompok kedua atau kelompok yang harus hati-hati, diisi oleh pertama wajib pajak yang sudah PTKP, tidak patuh, dan tidak ikut tax amnesty.

Kedua wajib pajak yang sudah PTKP, ikut tax amnesty namun tidak melaporkan seluruh hartanya kepada negara.

"Enggak ikut tax amnesty, tetapi kita temukan (harta yang tidak dilaporkan masuk kelompok kedua)," ucap dia.

Bagi wajib pajak yang masuk kelompok kedua, Ditjen Pajak berjanji akan menerapkan Pasal 18 Undang-Undang Pengampunan Pajak.

Harta yang belum dilaporkan dan terlacak oleh Ditjen Pajak, akan dikenai Pajak Penghasilan (PPh).

Selain itu, Ditjen Pajak akan memberikan sanksi administrasi perpajakan sebesar 200 persen dari tarif PPh kepada wajib pajak tersebut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah menggandeng Kapolri, Panglima TNI, hingga Jaksa Agung untuk melacak wajib pajak yang tidak patuh dan tidak ikut tax amnesty.

Selain itu, Ditjen Pajak juga akan menggandeng lembaga lain hingga ke daerah. Kemudahan menyembunyikan harta di luar negeri pun dipastikan akan tinggal cerita.

Sebab pada 2018 nanti, dunia akan masuk era keterbukaan pertukaran data informasi untuk kepentingan perpajakan.

Tanpa diminta, lembaga pajak luar negeri bisa memberikan data wajib pajak Indonesia yang menyimpan harta di negera tersebut kepada Ditjen Pajak.

Namun, masih ada waktu bagi wajib pajak untuk tidak masuk ke kelompok kedua yang dijamin tidak akan hidup tenang. Caranya, segara manfaatkan program tax amnesty sebelum 31 Maret 2017 mendatang.

Kompas TV Presiden Joko Widodo bersama Menkeu Sri Mulyani menggelar sosialisasi terakhir program Tax Amnesty. Dengan berakhirnya sosialisasi wajib pajak hanya memiliki waktu sebulan untuk bisa mengikuti amnesti pajak hingga 31 Maret 2017. Kegiatan ini diikuti ribuan pengusaha yang antusias mengikuti sosialisasi terakhir program pengampunan pajak ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com