"Bedanya China dengan Indonesia adalah dari tahun 2000-an awal sampai sebelum resesi global tahun 2008, China bertumbuh di angka 10 persen, lalu ekonominya melambat. Demikian juga dengan India. India bertumbuh sangat tinggi. Indonesia tidak masuk di BRIC karena kriteria pertumbuhan kita tidak sama dengan mereka," kata Awan di Jakarta, Senin (2/9/2013).
Awan menyatakan tidak adil jika Indonesia disamakan dengan India. India, menurutnya, sudah mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi tetapi kemudian mengalami penurunan. "Kita mau dibilang sama dengan India, enggak fair kan. India sudah mengalami pertumbuhan yang tinggi, lalu mereka mengalami apa yang namanya overheating, ekonominya kepanasan. Obatnya ya suku bunga dinaikkan," ujar Awan.
Sementara itu, Indonesia menurut Awan memiliki kondisi yang benar-benar berbeda dengan India. "Kalau Indonesia, kita tumbuh 7 persen dalam 10 tahun terakhir ini enggak ada kali ya? Paling 6,4 sampai 6,5 lalu turun lagi. Ekonomi kita belum kepanasan. Itu suatu pembeda yang dahsyat antara Indonesia dan India," ujarnya.
Terakhir, Awan mengatakan, adalah tindakan dramatis dan tendensius bila menyamakan Indonesia dengan India. Hal ini karena kondisi masing-masing yang berkebalikan. "Jadi, dramatis dan tendensius sekali menyamakan Indonesia dengan India. India berada pada posisi overheating lalu dia melambat. Kalau Indonesia kebalikannya," tandas Awan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.