Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

The Fed Tunda Tapering, Apa Pengaruhnya untuk Indonesia?

Kompas.com - 19/09/2013, 08:10 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed), Rabu (18/9/2013), memutuskan menunda pengurangan stimulus (tapering) yang mereka kucurkan sejak 2008 senilai 85 miliar dollar AS per bulan. Keputusan ini dinilai dapat menjadi ibarat durian runtuh bagi Indonesia. Namun, ada syarat dan catatannya.

"Untuk jangka pendek, keputusan itu seperti durian runtuh bagi ekonomi Indonesia, yakni dalam satu sampai tiga bulan ini," kata ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Dradjad Hari Wibowo, Kamis (19/9/2013) pagi.

Dari keputusan itu, ujar Dradjad, Bursa Efek Indonesia akan kembali mendapatkan limpahan dana asing sehingga harga saham yang likuid akan naik cukup signifikan juga. Nilai tukar rupiah, lanjut dia, bakal menemukan titik kesetimbangan baru pula dengan adanya keputusan The Fed itu.

"Seperti saya sering sampaikan, dengan kondisi neraca transaksi berjalan (current acount) dan defisit neraca perdagangan yang kita hadapi, keseimbangan baru rupiah akan berada di kisaran Rp 10.500 sampai Rp 11.000 (per dollar AS)," sebut Dradjad.

Dengan rentang kurs itu, Dradjad berkeyakinan defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan akan pelan-pelan berkurang. "(Bahkan) bisa surplus dalam tiga bulan ke depan," kata dia.

Namun, kata Dradjad, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) kemungkinan belum akan kembali turun. "Rasa-rasanya BI masih akan menghitung risiko sebelum berani menurunkan kembali BI rate," ujar dia. Setidaknya, imbuh Dradjad, BI rate tak perlu naik lagi untuk saat ini.

Meski gambaran "cerah" dia paparkan, Dradjad pun mengingatkan ada "syarat" yang harus dipenuhi untuk bisa mewujudkannya. "Pemerintah dan BI harus memanfaatkan 'periode jendela' ini dengan sebaik-baiknya dan secerdas mungkin untuk memperbaiki fundamental ekonomi," tegas dia.

Jangan sekali-sekali, imbuh Dradjad, situasi ekonomi saat ini dipandang enteng seperti penyikapan sebelum-sebelumnya. "Karena Bernanke (Gubernur The Fed, Ben Bernanke, red) pun memberikan sinyal bahwa The Fed masih mungkin akan melakukan pengurangan stimulus (pada tahun ini), hanya soal waktunya menunggu evaluasi lebih lanjut atas situasi ekonomi Amerika," kata dia.

Karenanya, lanjut Dradjad, Pemerintah dan BI dia minta tak lagi membuang-buang waktu. Defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan harus segera diperbaiki, termasuk menggunakan momentum keputusan The Fed ini, dengan membuat kebijakan yang benar-benar efektif. "Jangan lagi pencitraan dan kebanyakan pernyataan," tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Whats New
Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Whats New
Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Whats New
Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Whats New
Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com