Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menuai Berkah Pelemahan Rupiah

Kompas.com - 02/12/2013, 08:22 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Banyak emiten yang harus menderita lantaran rupiah melemah. Namun, ada juga emiten yang mendapat berkah di balik pelemahan rupiah. Menurut analis, emiten yang mendapat angin dari pelemahan rupiah adalah emiten sektor pertambangan dan perkebunan.

Dollar AS yang menguat cukup tinggi terhadap rupiah tentu akan mendongkrak pendapatan emiten komoditas tersebut. Sebab, umumnya produk sektor pertambangan dan perkebunan diekspor.Apalagi, akhir-akhir ini harga komoditas cenderung membaik.

Sejumlah analis menyebut, beberapa emiten yang menuai berkah diantaranya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP).

Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Arandi Nugraha mengatakan, kinerja emiten komoditas memang masih terpuruk lantaran rendahnya harga komoditas. Tapi, penguatan dollar AS tentu akan menopang kinerja emiten ini. "Dampaknya cukup signifikan," kata dia.

Bahkan, Arandi memperkirakan, pelemahan rupiah ini bisa mengangkat kinerja emiten perkebunan dan pertambangan di kuartal terakhir 2013. Cuma tak akan siginifikan mengangkat kinerja emiten dalam setahun. Ini karena, hampir semua kinerja emiten komoditas menurun pada kuartal I hingga kuartal III.

Wilim Hadiwijaya, analis Ciptadana Securities mengatakan, emiten yang mengandalkan penjualan ekspor akan sangat diuntungkan. Ia mencontohkan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang menjual 100% produksi tambangnya untuk pasar ekspor. Begitu juga dengan PT Timah Tbk (TINS) yang memiliki porsi penjualan 99 persen untuk ekspor. "Dampaknya cukup membantu, tapi hanya menahan agar kinerja tidak terlalu turun," kata Wilim.

Ia melihat, penyebab utama penurunan kinerja emiten sektor pertambangan dan perkebunan tetap harga komoditas yang rendah. Padahal, outlook harga komoditas seperti nikel hingga tahun depan masih mengkhawatirkan karena belum terlihat tanda-tanda kenaikan permintaan.

Namun, menurut Analis Trimegah Securities, Frederick Daniel, bagi emiten pertambangan terutama sektor batubara, efek pelemahan rupiah tidak akan signifikan dalam laporan keuangan emiten. "Laporan keuangan emiten batubara sudah dalam bentuk dollar AS, jadi tidak ada dampaknya," ujar dia.

Selain pelemahan rupiah, harga komoditas crude palm oil (CPO) dan batubara yang mulai membaik pada kuartal IV ini, lebih banyak menolong kinerja emiten sektor ini. Arandi mengatakan, harga CPO di akhir pekan lalu, mencapai RM 2.666 per ton atau naik 8,2 persen dari harga bulan sebelumnya.

Begitu juga harga batubara, saat ini sebesar 82,8 dollar AS per ton, menguat dibandingkan kuartal III 2013 lalu seharga 78 dollar AS per ton.

Tapi, Arandi memperkirakan, kenaikan harga komoditas tersebut hanya bersifat musiman. Permintaan CPO dan batubara memang tengah meningkat terutama dari China, India dan Eropa karena musim dingin.

Arandi memproyeksikan, harga batubara masih sulit untuk mencapai 88-100 dollar AS per ton di tahun depan. Apalagi, China menerapkan pajak impor batubara berkalori rendah sebesar 3 persen.

Analis Danareksa Sekuritas, Gabriella Maureen Natasha mengatakan, pada 2014 belum ada potensi perbaikan harga batubara yang signifikan. Emiten batubara hanya bisa melakukan efisiensi operasional bila ingin kinerja keuangannya lebih baik. (Sofyan Nur Hidayat)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kapan Dividen Dibagikan? Ini Penjelasan Lengkapnya

Kapan Dividen Dibagikan? Ini Penjelasan Lengkapnya

Earn Smart
Adik Prabowo Bangun Pabrik Timah di Batam, Bidik Omzet Rp 1,2 Triliun

Adik Prabowo Bangun Pabrik Timah di Batam, Bidik Omzet Rp 1,2 Triliun

Whats New
SKK Migas Sebut Transisi Energi Akan Tempatkan Peranan Gas Jadi Makin Strategis

SKK Migas Sebut Transisi Energi Akan Tempatkan Peranan Gas Jadi Makin Strategis

Whats New
PT PELNI Buka Lowongan Kerja hingga 16 Mei 2024, Usia 58 Tahun Bisa Daftar

PT PELNI Buka Lowongan Kerja hingga 16 Mei 2024, Usia 58 Tahun Bisa Daftar

Work Smart
Bapanas Siapkan Revisi Perpres Bantuan Pangan untuk Atasi Kemiskinan Esktrem

Bapanas Siapkan Revisi Perpres Bantuan Pangan untuk Atasi Kemiskinan Esktrem

Whats New
Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Whats New
Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Whats New
478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Whats New
Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Earn Smart
Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Earn Smart
Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Whats New
Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Earn Smart
Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Whats New
Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema 'Part Manufacturer Approval'

Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema "Part Manufacturer Approval"

Whats New
Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com