Rupiah menghijau sejak awal pekan lalu, terimbas rilis kenaikan indeks consumer confidence dalam negeri yang melengkapi rilis data-data positif makroekonomi Indonesia beberapa hari sebelumnya. Padahal ada sentimen negatif dari laju poundsterling yang melemah dengan indikasi Bank of England akan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di level rendah.
Sentimen negatif lain yang tak mempan menghadang rupiah pada pekan lalu adalah dollar Australia yang terdepresiasi seiring ekspektasi meningkatnya angka pengangguran Australia dan perkiraan apresiasi yen seiring kabar penurunan industrial production beberapa negara Eropa yang mendongkrak nilai aset safe haven.
Meski demikian, rupiah sempat pula mengalami pelemahan karena pelaku pasar kembali menahan diri mentransaksikan rupiah seiring antisipasi terhadap pidato perdana Jennet Yellen sebagai Gubernur The Fed pada pekan lalu.
Di sisi lain, ada rilis kenaikan house price tahunan Australia yang berimbas pada naiknya nilai tukar dollar Australia. Begitu pun dengan poundsterling yang juga menguat seiring rilis penjualan ritel Inggris yang menunjukkan akselerasi.
Menarik melihat pergerakan laju nilai tukar rupiah yang berhasil menguat justru setelah pidato Gubernur The Fed, berbanding terbalik saat pidato-pidato Gubernur The Fed sebelumnya dimana laju rupiah cenderung terkoreksi.
Pelaku pasar diduga mencoba mengasumsikan positif pidato itu, menyusul komitmen Janet Yellen memajukan ekonomi AS. Kebijakan itu diperkirakan bakal berpengaruh pada laju ekspor Indonesia yang nantinya pun berimbas positif pada neraca perdagangan.
Riset Trust Securities menyatakan ekspektasi akan terus membaiknya kondisi makroekonomi Indonesia membuat nilai tukar rupiah bertahan di jalur positif. Bahkan rilis dipertahankannya level BI rate pada posisi 7.50 persen turut membuat laju nilai tukar rupiah tidak mengalami pelemahan.
Pelaku pasar, menurut Riset Trust Securities melihat keputusan dipertahankannya BI rate adalah untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang sempat melambat setelah tiga kenaikan BI rate sebelumnya. Rilis defisit neraca transaksi berjalan yang turun signifikan menjadi 4 miliar dollar AS atau 1,98 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB) dinilai turut menambah sentimen positif.
Laju rupiah bertahan di atas support Rp 12.276 per dollar AS. Rupiah pekan ini diproyeksikan di kisaran level Rp 12.266 sampai Rp 12.143 per dollar AS dalam kurs tengah Bank Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.