Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkeu: Krisis Thailand Sebabkan Rupiah Melemah

Kompas.com - 26/05/2014, 18:54 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Keuangan Chatib Basri menuturkan, rupiah yang melemah beberapa hari ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu dari dalam negeri dan sentimen kudeta di Thailand.

“Memang saya kira ada dampak ke kita, tapi saya kira terbatas. Tapi saya tidak tahu, rupiah ini melemah karena situasi di Thailand atau situasi domestik. Kalau saya baca di media, saya baca, semuanya bilang karena situasi domestik (pasca penetapan dua pasangan capres-cawapres). Tapi pada saat yang sama juga Thailand ada pengaruhnya,” ujarnya, Senin (26/5/2014).

Chatib menambahkan, impor pada bulan April diperkirakan akan naik. Bukan hanya dari pengaruh Thailand, namun juga perusahaan-perusahaan sudah mulai mengimpor banyak bahan baku dan penolong, setelah mendapatkan pinjaman dari bank.

“Jadi, saya enggak terlalu surprise, misalnya April ini bisa surplusnya kecil, atau malah bisa defisit,” sebutnya.

Hari ini nilai tukar rupiah melemah sebesar 0,63 persen menjadi RP 11.633 per dollar AS.

Terkait dengan perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit perdagangan Indonesia dengan Thailand menurun dari 402,9 juta dollar AS pada Februari 2014, menjadi 371,9 juta dollar AS pada Maret 2014.

“Situasi politik di Thailand yang kisruh mengganggu produksi di Thailand,” ungkap Sasmito Hadi Wibowo, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Jumat (2/5/2014).

Akibat penurunan produksi Thailand, ekspor Thailand ke negara-negara lain termasuk ke Indonesia pun menurun. Namun demikian, penurunan pasokan ini menyebabkan harga barang-barang produksi Thailand juga praktis naik.

“Harga mobil bulan April itu naik, khususnya yang dari Thailand. Dampak Thailand ke rata-rata harga mobil Indonesia dari sana, karena produksinya berkurang. Karena volumenya turun, sementara kebutuhan mobil kita tidak berkurang justeru naik, sehingga larinya ke harga,” terang Sasmito.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com