Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembelian Tiket Pesawat Belum Tinggi

Kompas.com - 02/07/2014, 14:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Perubahan gaya perjalanan masyarakat akibat pengaruh tiket pesawat yang murah dan jumlah maskapai penerbangan yang banyak membuat masyarakat tidak terburu-buru memesan tiket pesawat untuk mudik. Akibatnya, penjualan tiket menjelang liburan Idul Fitri belum meningkat. Peningkatan penjualan diduga akan terjadi satu hingga dua pekan sebelum lebaran.

”Saat ini, orang masih melihat-lihat jadwal cuti. Terlebih, minggu depan akan ada pemilihan umum presiden. Jadi, peningkatan penjualan tiket masih rendah, 3-4 persen saja,” kata General Affair Director Lion Air Edward Sirait di Jakarta, Selasa (1/7).

Menurut Sirait, Lebaran bukan masa panen bagi maskapai penerbangan ataupun perusahaan transportasi pada umumnya. Hal ini berbeda dengan pendapat umum di masyarakat yang menganggap perusahaan transportasi mengeruk laba banyak pada saat libur Lebaran.

”Pesawat hanya penuh ketika mengangkut penumpang dari Jakarta. Akan tetapi, nyaris kosong saat mengangkut penumpang dari kota-kota lain. Padahal, biaya operasional tetap sama,” kata Sirait. Dampaknya, maskapai hanya bisa menarik margin laba yang rendah. Bahkan, ada risiko merugi jika pendapatan tidak bisa menutupi biaya operasional.

Sirait mengatakan, budaya bepergian masyarakat Indonesia cukup unik jika dibandingkan dengan negara-negara lain, seperti Amerika Serikat ataupun Eropa. Selain bepergian untuk berlibur dan dinas, masyarakat Indonesia juga gemar bepergian untuk menjaga silaturahim dengan teman dan kerabat.

Biro-biro perjalanan mengeluhkan belum ada peningkatan penjualan tiket pesawat. ”Secara umum, bulan puasa tahun ini sepi. Kami berharap, penjualan akan meningkat pada minggu kedua atau ketiga bulan puasa,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan Indonesia Pauline Suharno.

Menurut Pauline, pada 2014, sempat terjadi peningkatan 2 hingga 3 persen pada April saat pemilihan umum legislatif. Namun, umumnya, para penumpang yang bepergian adalah anggota partai politik yang berkampanye dari kota ke kota.

Sementara itu, Teguh, seorang petugas pengurus dokumen dari biro perjalanan Nitour, mengatakan, pada 2013, setiap bulan biro tempatnya bekerja bisa mengurus 30 hingga 50 paspor untuk perjalanan ke luar negeri. Tahun ini, ia hanya mengurus 30 paspor. Itu pun hanya terjadi pada Juni 2014. (A15)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com