Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Jangan Naikkan Harga BBM Bersubsidi jika Tak Punya Program Jangka Pendek

Kompas.com - 08/09/2014, 18:07 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Srihartati mengatakan, masyarakat miskin memang perlu mendapatkan bantuan dengan ataupun tanpa adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

"Tapi, bantuan atau subsidi yang ideal tentu adalah subsidi yang produktif," kata Enny kepada Kompas.com, Senin (8/9/2014). Sementara itu, bagi masyarakat marginal secara usia, atau yang tidak produktif secara ekonomi, menurut Enny memang sudah menjadi tugas Kementerian Sosial.

"Kalau tidak bisa memberikan program antisipasi jangka pendek, ya jangan naikkan BBM secara reaktif," imbuh dia.

Dia menambahkan, semua kebijakan publik harus didesain secara matang dan disertai langkah antisipatif yang komprehensif. "Selain itu, kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi haruslah terintegrasi dengan kebijakan energi nasional. Langkah antisipatif meminimalkan dampak kenaikan BBM adalah tersedianya energi alternatif, serta perbaikan transportasi umum.

Sebelumnya, dalam sebuah diskusi di Menteng, Jakarta, anggota tim transisi Joko Widodo-Jusuf Kalla, Wijayanto Samirin mengatakan, tim transisi tengah mempersiapkan sejumlah opsi program untuk mengantisipasi dampak kenaikan harga BBM. Salah satunya adalah bantuan langsung. Namun, dia menolak jika itu disebut Bantuan Lansung Tunai (BLT). Sebab, perbedaannya dari BLT, bantuan cash ala Jokowi ini ditujukan bukan untuk kegiatan konsumtif.

Bantuan cash didesain untuk kegiatan produktif, disertai pendampingan. Masalahnya, data Badan Pusat Statistik menunjukkan dua pertiga dari 28,8 juta penduduk miskin, ada di daerah perdesaan. Mayoritas, sudah bukan usia produktif.

Menanggapi hal tersebut, Wijayanto belum bisa memberikan gambaran rinci mengenai pendampingan bagi mereka yang berusia di atas 55 tahun. "Barangkali ini juga (harus) kita pikirkan. Kalau ada masukan silakan. Karena banyak kelompok miskin itu pasangan suami-istri yang keduanya di atas 60 tahun. Kita dapat datanya cukup banyak," kata Wijayanto, Minggu (7/9/2014).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com