Padahal, The Fed belum memastikan waktu kenaikan suku bunganya. "Depresiasi rupiah ini imbas kepanikan orang karena mereka menganggap The Fed akan segera menaikkan suku bunga. Padahal dari awal masih begitu-begitu saja," ujar Reza di sela-sela acara Investor Summit and Capital Market Expo 2014, Kamis (18/9/2014).
Reza menambahkan, The Fed selalu mengeluarkan kata-kata ambigu di akhi pidato resminya. Inilah yang membuat orang akhirnya berspekulasi. "Contohnya jika ada tanda-tanda perbaikan ekonomi Amerika Serikat, orang langsung berapekulasi akan naik suku bunganya," imbuh Reza.
Hal ini, menurut Reza, perlu diwaspadai lantaran bisa secara langsung mood pasar secara umum. Selain keputusan The Fed dan pergerakan nilai tukar rupiah, pergerakan pasar saham regional pun akan mempengaruhi moo pasar.
"Yang paling mempengaruhi mood pasar adalah pergerakan nilai tukar rupiah, pergerakan pasar saham regional, dan dampak The Fed. Padahal The Fed sampai akhir Desember belun tentu akan menaikkan suku bunga. Karena orang panik duluan, itu membuat rupiah kena imbasnya. Itu yang harusnya lebih diwaspadai," katanya.
Reza memperkirakan hingga akhir tahun rupiah masih akan berada di kisaran level 11.800 sampai 12.500.
baca juga: Kembali Melemah, Rupiah Tembus Rp 12.000 Per Dollar AS
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.