Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri di Malaysia Dituding Lakukan "Perbudakan Baru"

Kompas.com - 18/09/2014, 13:57 WIB

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Industri elektronik Malaysia dituding menerapkan praktik perbudakan modern, lantaran tidak memperlakukan tenaga kerja secara manusiawi. Padahal, pabrik-pabrik itu merupakan penyuplai komponen berbagai perangkat elektronik merek terkemuka di dunia.

Dari laporan lembaga studi perburuhan Verite, diketahui bahwa sekitar 116.000 buruh pabrik elektronik di Malaysia tidak diperlakukan sebagaimana karyawan, melainkan seperti praktik perbudakan modern.

Para pekerja tersebut diwajibkan untuk bekerja keras, namun tidak mendapatkan uang lembur jika waktu kerja telah terlampaui. Selain itu, para buruh itu juga tidak mendapatkan gaji yang layak atas pekerjaan yang dilakukan.

Sebagaimana dikutip dari AFP, Kamis (18/9/2014), Verite menyebutkan bahwa studi yang dilakukan itu didanai oleh Pemerintah AS, yang menaruh perhatian terhadap isu-isu perburuhan. AS akan melarang barang-barang impor yang dalam proses produksinya melanggar hak-hak para pekerja.

"Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tenaga kerja di industri elektronik Malaysia lebih menderita dan terisolasi. Dan ini mengindikasikan kondisi serupa dalam tataran yang lebih luas," tulis Verite.

Industri elektronik merupakan salah satu roda penggerak perekonomian Malaysia, dan menjadi penyuplai utama berbagai komponen elektronik seperti semikonduktor, komponen komputer, peralatan elektronik rumah tangga, dan sebagainya.

Sejumlah merek global yang mendapatkan pasokan komponen dari Malaysia antara lain Apple, Samsung, Sony dan sebagainya. Sementara itu, negara asal para tenaga kerja tersebut adalah Indonesia, Nepal, India, Vietnam, Banglades dan Burma.

Veritas juga menyebutkan bahwa sekitar 94 persen tenaga kerja tersebut harus menyerahkan paspor mereka dan dari jumlah itu, sebagian besar pesimistis bisa mendapatkan kembali dokumen keimigrasian itu.

Malaysia merupakan negara yang relatif lebih makmur jika dibandingkan dengan negara di sekitarnya. Akan tetapi, para aktivis perburuhan global kerap mengkritik kondisi yang harus dihadapi oleh pekerja migran yang bekerja di negara tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Whats New
Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Spend Smart
9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja dan Tak Sedang Sekolah, Menko Airlangga: Kita Cari Solusi...

9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja dan Tak Sedang Sekolah, Menko Airlangga: Kita Cari Solusi...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com