Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Paling Banyak Manfaatkan FTA, tapi Pemahaman Paling Rendah

Kompas.com - 25/09/2014, 19:36 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia merupakan negara yang paling banyak memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas. Namun demikian, pengusaha Indonesia paling rendah pemahamannya mengenai kesepakatan tersebut.

“Hasil survei, dari seluruh market, rata-rata penggunaan FTA (Free Trade Agreement) hanya 26 persen. Indonesia paling banyak menggunakan FTA, sebanayk 42 persen,” Head of Trade Global Trade and Receivables Finance HSBC, Nirmala Salli, kepada wartawan di kantor HSBC, Jakarta, Kamis (25/9/2014).

Survei HSBC melibatkan 800 responden dari delapan negara. Masing-masing negara diambil 100 perusahaan. Delapan negara tersebut adalah Australia, China, Hongkong, India, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Vietnam. Nirmala menuturkan, Vietnam ada di peringkat kedua negara yang banyak memanfaatkan FTA setelah Indonesia, dengan persentase 37 persen.

Berturut-turut setelah Vietnam ada Hongkong (33 persen), India (27 persen), China (23 persen), Singapura (21 persen), Australia (19 persen), dan terendah Malaysia (16 persen).

Lucunya, kata Nirmala, pada pertanyaan lain, Indonesia menjadi negara di mana para pebisnisnya memiliki pemahaman tentang FTA paling rendah. Dengan jumlah responden sama, hanya 24 persen pebisnis Indonesia yang paham apa itu FTA. Angka ini paling rendah dibanding tujuh negara lain, yakni Hongkong (32 persen), Vietnam (42 persen), Singapura (47 persen), China (48 persen), Australia (50 persen), Malaysia (52 persen), dan tertinggi India (56 persen).

Nirmala menjelaskan, sebetulnya tujuan pemerintah meneken berbagai macam Free Trade Agreement (FTA) adalah untuk memudahkan para eksportir.

“Sayangnya, pemerintah tidak melakukan sosialisasi, sehingga hanya sedikit pebisnis yang menyatakan mendapat benefit dari FTA. Kita harapkan pemerintah lebih aktif mengkomunikasikan benefit dari FTA. Itu yang kita harapkan dari pemerintah yang signing agreement tersebut,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com