Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Daerah Diminta Membatasi Penjualan BBM Bersubsidi

Kompas.com - 11/11/2014, 11:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mengimbau kepala daerah di seluruh Indonesia agar menerbitkan kebijakan pembatasan pembelian bahan bakar minyak bersubsidi ke masyarakat. Upaya pembatasan ini dinilai sebagai langkah paling rasional untuk mengantisipasi terlampauinya kuota BBM bersubsidi tahun ini.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Saleh Abdurrahman mengatakan, imbauan dari kementerian sudah sering disampaikan kepada kepala daerah. Pembatasan pembelian disesuaikan dengan kewenangan setiap daerah.

Beberapa imbauan berupa pembatasan pembelian BBM bersubsidi untuk sepeda motor paling banyak Rp 20.000, mobil pribadi Rp 100.000, dan angkutan umum Rp 150.000. Di Kota Batam, Kepulauan Riau, pembatasan diberlakukan untuk jenis solar sebanyak 30 liter per hari.

”Jika upaya tersebut masih menyebabkan kuota BBM bersubsidi tahun ini terlampaui, BBM nonsubsidi bisa menjadi pilihan bagi konsumen,” kata Saleh, di Jakarta, Senin (10/11/2014).

Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekonomi Pertambangan dan Energi Pri Agung Rakhmanto berpendapat, kebijakan pembatasan pembelian dinilai lebih baik ketimbang Pertamina menahan pasokan seperti yang pernah dilakukan beberapa waktu lalu. Penahanan pasokan menyebabkan kelangkaan dan antrean panjang di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU), terutama di Jawa.

”Opsi pembatasan tetap berpotensi memicu kelangkaan dan antrean. Akan tetapi, opsi pembatasan pembelian ini paling rasional di tengah ketidakpastian rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi,” ujar Pri Agung.

Pemerintah yang tak jelas menaikkan harga BBM bersubsidi, kata Pri Agung, berpotensi besar meningkatkan penyelewengan, seperti penimbunan BBM. Dia berharap, melalui pembatasan, penimbunan BBM dapat dicegah di samping memperlambat habisnya kuota BBM bersubsidi.

Vice President Communication Corporate PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir menegaskan, Pertamina tidak akan mengambil opsi penahanan pasokan untuk mencegah kuota BBM bersubsidi jebol. Menurut dia, opsi tersebut menimbulkan kekacauan akibat kelangkaan yang berakibat antrean panjang di sejumlah SPBU.

”Kerja sama lewat kebijakan kepala daerah berupa pembatasan pembelian adalah salah satu pilihan yang efektif kendati tidak semua kepala daerah menerapkan kebijakan itu,” kata Ali.

Pertamina memprediksi kuota BBM bersubsidi sebanyak 46 juta kiloliter akan habis sebelum 31 Desember 2014. Diperkirakan premium akan habis pada 20 Desember, solar pada 23 Desember, dan minyak tanah pada pekan pertama Desember. Ada penurunan kuota BBM bersubsidi dari 48 juta kiloliter menjadi 46 juta kiloliter lewat APBN Perubahan pada Juni 2014.

Pertamina menjamin BBM akan tetap tersedia kendati kuota BBM bersubsidi jebol. Untuk mengantisipasi peralihan konsumen yang semula membeli premium lalu beralih ke pertamax, Pertamina menambah impor pertamax pada bulan ini. Penambahan impor sebanyak tiga kargo atau setara dengan 600.000 barrel. Selain menambah impor pertamax, Pertamina juga siap menjual premium nonsubsidi dengan harga Rp 8.500-Rp 9.100 per liter. (APO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com