“Orang buta pertama bilang gajah itu panjang, orang buta kedua bilang gajah itu besar, orang buta kedua bilang gajah itu kecil. Jadi saya bisa bilang Ibu Rini dan Pak Sofyan adalah orang buta keempat dan kelima dalam memandang Merpati,” kata Ery dalam jumpa pers di Gedung BASARNAS, Jakarta, Kamis (15/1/2015).
Menurut Ery, Merpati masih dibutuhkan oleh Indonesia sebagai maskapai penerbangan perintis (penghubung wilayah terpencil). Selain itu, Merpati juga merupakan ujung tombak distribusi barang dan bahan pokok ke Kawasan Indonesia Timur, membantu cadangan strategis, dan ketahanan nasional Indonesia.
Ia menambahkan, maskapai perintis itu masih dilirik oleh investor. “Merpati sampai hari ini, masih ada investor yang tertarik untuk membeli Merpati. Kenapa? Itu karena diujungnya ada kata negara. Bahkan maskapai penerbangan swasta yang lebih murah tidak dilirik investor. Padahal Merpati ini punya beban yang banyak, tapi masih dilirik. Artinya masih punya potensi,” kata dia.
Sebelumnya, pada tanggal 2 Desember 2014, Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan akan menentukan nasib merpati dalam tiga minggu.
Namun sampai saat ini belum ada keputusan yang jelas mengenai nasib dari PT. Merpati Nusantara Airlines.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.