Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurunkan Harga Semen Berdampak Buruk

Kompas.com - 21/01/2015, 03:31 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Kebijakan pemerintah yang mengintervensi harga semen yang diproduksi badan usaha milik negara menjadi risiko baru di pasar saham. Kebijakan penurunan harga semen itu tidak hanya memengaruhi saham emiten semen, tetapi juga seluruh pasar saham. Dampak intervensi tersebut lebih banyak negatif ketimbang positif.

”Kami percaya bahwa kebijakan pemerintah akan menjadi pendorong perbaikan makro tahun ini. Tetapi, risiko intervensi lebih besar pada level mikro, yaitu korporasi tidak dapat diterima oleh para pelaku pasar,” demikian Kepala Riset Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto dalam risetnya yang diterbitkan di Jakarta, Selasa (20/1).

Menurut Helmy, sebenarnya prospek makro sudah membaik, ditambah dengan laju inflasi yang menurun dan memungkinkan Bank Indonesia untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan.

Penurunan harga bahan bakar minyak akan menurunkan laju inflasi secara signifikan. Inflasi yang rendah berdampak sangat baik untuk pasar modal dan menurunkan risiko kenaikan tingkat suku bunga dalam waktu dekat.

Namun, di tengah potensi penurunan inflasi, pemerintah malah meminta badan usaha milik negara yang memproduksi semen untuk menurunkan harga jual semen Rp 3.000 per zak atau sekitar 5 persen.

”Intervensi pada level mikro tentu mengurangi fleksibilitas perusahaan untuk bergerak, mengkhawatirkan para investor khususnya karena penurunan harga semen ini berarti juga mengurangi margin,” lanjut Helmy.

Pendapat serupa disampaikan oleh Kepala Riset Mandiri Sekuritas John Rachmat. Langkah pemerintah untuk menurunkan harga semen itu seakan-akan memberi pesan kepada investor untuk mendapatkan laba yang lebih rendah demi kebaikan negara. Menurut John, tidak hanya valuasi saham pada sektor semen yang akan terhambat, tetapi juga seluruh nilai pasar saham Indonesia.

Prediksi laba turun

Mandiri Sekuritas memprediksi keputusan tersebut akan menurunkan prediksi laba per saham (earning per share) untuk PT Semen Indonesia Tbk tahun ini sebesar 10 persen. Lebih penting lagi, hal itu juga menambah risiko investasi di Indonesia justru ketika Indonesia membutuhkan investasi dalam jumlah masif untuk mendanai sejumlah program infrastrukturnya. Oleh karena itu, Mandiri Sekuritas menurunkan target jangka pendek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke 5.000 dari sebelumnya 5.100 untuk Februari 2015.

Pada perdagangan hari ini, saham-saham produsen semen menguat walaupun IHSG melemah. Hari Senin, saham di sektor ini menjadi saham yang paling terpukul. Harga saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) naik 0,35 persen menjadi Rp 14.150, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) naik 0,69 persen menjadi Rp 21.975, PT Holchim Indonesia Tbk (SMCB) naik 0,52 persen menjadi Rp 1.925, dan PT Semen Baturaja (SMBR) naik 0,54 persen menjadi Rp 370.

Mandiri Sekuritas khawatir kebijakan itu akan berlanjut sehingga perusahaan semen negara tidak mampu menaikkan harga seperti sebelumnya. Diperkirakan pula langkah ini akan membuat kinerja SMGR dan INTP tahun ini turun 11 persen di bawah prediksi konsensus.

Meski demikian, Helmy masih optimistis langkah ini hanya dilakukan satu kali dengan tujuan untuk memperlihatkan bagaimana pemerintah mengendalikan inflasi.

”Ke depan, tentu masih ada ruang untuk kenaikan harga semen, khususnya dengan laju inflasi yang melambat seperti ini,” katanya

Danareksa juga mengubah target harga untuk saham-saham di sektor semen. (Joice Tauris Santi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com