Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalla: Pasar Keuangan Boleh, tetapi yang Paling Penting Itu Pasar Tanah Abang

Kompas.com - 29/01/2015, 12:20 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla menekankan pentingnya membangun pasar riil di samping mendorong pertumbuhan pasar keuangan. Ia menilai bahwa mendahulukan sisi finansial dibandingkan produksi adalah pandangan keliru.

"Finansial penting, tetapi lebih penting lagi produksi karena apabila finansial menjadi yang utama, kalau orang bicara pasar, pasar, saya sendiri tidak nyaman. Pasar apa yang dimaksud? Karena itulah, maka saya katakan, selalu (mementingkan) pasar itu boleh, tetapi yang paling penting itu Pasar Tanah Abang, Pasar Senen," kata Kalla dalam acara Economy and Market Outlook 2015 di Jakarta, Kamis (29/1/2015).

Menurut Kalla, pandangan yang berkembang selama ini di banyak negara adalah mendewakan pasar keuangan. Banyak yang memandang pasar uang bisa memakmurkan suatu bangsa. Namun, menurut Kalla, keadaan saat ini justru berbalik. Peningkatan produktivitas sektor riil menjadi lebih penting bagi kemajuan suatu negara.

Ia mencontohkan perekonomian Amerika Serikat yang memburuk karena lebih mengedepankan aktivitas di sektor keuangan. "AS memakai ekonomi liberal, ini kemudian kita lihat krisis keuangan karena semua lebih banyak pikiran dan aktivitas di sektor keuangan dan finansial, (sementara) industri dan produksinya pindah ke negara lain, seperti China," kata Kalla.

Berbeda dengan Amerika Serikat, Tiongkok justru mengedepankan pembangunan industri produktif. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Tiongkok tetap tinggi pada saat AS mengalami krisis keuangan. Tiongkok lalu muncul sebagai negara yang menguasai perekonomian dunia.

"Artinya, yang harus didahulukan produksi, industri, pertanian, baru negara itu bisa tumbuh dengan baik," sambung Kalla.

Kendati demikian, menurut dia, sistem keuangan tetap perlu dibangun untuk menopang produktivitas industri. Indonesia, lanjut Kalla, harus belajar dari pengalaman krisis keuangan yang terjadi pada 1998 dan 2008.

"Akibat liberalisasi keuangan itu, transaksi keuangan sembilan kali lipat dibanding transaksi riil, akibat terjadi suatu masalah di keuangan. Karena keuangan selalu zero sum, makanya bisa terjadi krisis keuangan. Kita alami ini pada 1998, 2008, cepat sekali, hanya 10 tahun terjadi ini," ucap dia.

Politikus Partai Golkar tersebut mengatakan, hanya industri produktif yang bisa memberikan kesempatan kerja, pemasukan dari pajak, serta peningkatan kesejahteraan rakyat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com